Peranan Katekis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Penelitian
Stasi Santa Agatha Radak merupakan Stasi yang
berada di Paroki Santa Theresia Delta Kapuas dan di bawah wilayah Keuskupan Agung Pontianak. Secara umum kehidupan
menggereja umat di Stasi Santa Agatha Radak ini dirasakan masih kurang dalam
penghayatan imannyan terutama pada saat diperlukan partisipasinya untuk datang
ke gereja, bertugas pada hari minggu dan pada hari raya lainnya. Pada saat
inilah terkadang susah sekali untuk mencari pemimpin ibadat ataupun untuk para
petugas ibadat, seperti: pemimpin ibadat, lektor, dirigen (pemimpin lagu),
serta petugas yang lainnya dan bahkan untuk pemain musik, mengiringi lagu-lagu
ibadat saja sangat sulit mencarinya. Sering terjadi ketika giliran bapak-bapak
yang bertugas, alasan sederhana dan masuk akal seperti mata sudah tidak bisa
melihat tulisan kecil atau yang muda masih ada seringkali terdengar.
Kurangnya motivasi dan pemahaman dari katekis
sehinggga menyebabkan kurangnya keterlibatan umat dalam ibadat sabda hari
minggu. Peranan katekis sangat penting bagi pertumbuhan iman umat, karena katekis
memiliki tugas untuk mewartakan Sabda Allah atau Kabar Gembira kepada sesama
manusia. Keberadaan dan jati diri katekis tidak dapat dilepaskan dari kehidupan
dan perkembangan Gereja Katolik, keterlibatan katekis dalam tugas-tugasnya
hendaknya dapat dilakukan dengan penuh tanggung jawab secara maksimal dan
disertai usahanya untuk memupuk aneka keutamaan hidup. “Oleh karena itu
janganlah mereka berhenti memupuk dengan tekun sifat-sifat dan
keutamaan-keutamaan sesuai dengan keadaan-keadaan itu yang telah mereka terima,
dan mengamalkan kurnia-kurnia yang telah mereka terima dari Roh Kudus” (Apostolicam Actuositatem 4).
Didalam kehidupan gereja, para katekis adalah
mereka yang sebenarnya berhadapan dengan langsung dengan jemaat beriman dengan
segala macam problematikanya. Merekalah yang langsung mengajar, merekalah yang
langsung mendengar keluhan jemaat, merekalah yang langsung menghadapi
pertanyaan-pertanyaan tentang iman, merekalah yang pertama-tama harus
mempertahankan iman di tengah-tengah dunia yang sering kali tidak bersahabat,
merekalah sebenarnya yang berada di ujung tombak atau di posisi terdepan di
dalam Gereja ( Indra Sanjaya, 2011:
11-12 ) Pelayanan Katekis pada pertumbuhan iman umat sangat diharapkan oleh
Gereja salah satunya perannya.
Partisipasi umat dalam ibadat sabda sangat
dibutuhkan pembinaan, melalui peranan Katekis seperti memberi motivasi dan
pemahaman tentang partisipasi umat dalam ibadat sabda hari minggu membuat umat
merasa termotivasi dan mau terlibat dalam tugas ibadat sabda hari minggu. Namun
peranan katekis terkadang tidak sesuai harapan, katekis tidak memberikan
motivasi dan pemahaman kepada umat seperti yang terjadi di Stasi Santa Agatha
Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.
Dengan melihat dan mengamati masalah yang
dihadapi oleh umat katolik di Stasi Santa Agatha Radak, peneliti berusaha
memberikan pemahaman yang luas kepada katekis supaya berperan dalam
meningkatkan partisipasi umat ketika mengikuti ibadat sabda hari minggu, rajin
beribadah, rajin berdoa, berdevosi dan bergairah menghadiri perayaan ekaristi
dan perayaan yang lainnya.
B. Masalah
Penelitian
Berdasarkan latar belakang, maka masalah umum
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : bagaimana peranan katekis meningkatkan partisipasi umat
merayakan ibadat sabda hari minggu di Stasi
Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas “ masalah umum
dapat diperinci lagi menjadi masalah khusus (pertanyaan penelitian) sebagai
berikut
1.
Apa
kegiatan katekis yang sudah dilakukan dalam meningkatkan partisipasi umat dalam
Ibadat Sabda ?
2.
Apa
faktor penghambat katekis dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat
Sabda hari minggu di Stasti Santa Agatha Radak ?
3.
Bagaimana
peranan katekis dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda hari
minggu di Stasi Santa Agatha Radak ?
C. Tujuan
Penelitian
Ada pun tujuan penelitian ini, yaitu :
1.
Untuk
mendiskripsikan kegiatan katekis yang sudah dilakukan dalam meningkatkan
partisipasi umat dalam Ibadat Sabda
2.
Untuk
mendiskripsikan faktor penghambat katekis dalam meningkatkan partisipasi umat
dalam Ibadat Sabda hari minggu di Stasi Santa Agatha Radak ?
3.
Untuk
mendiskripsikan apa yang harus dilakukan dalam meningkatkan partisipasi umat
dalam Ibadat Sabda hari minggu di Stasi Santa Agatha Radak ?
D. Manfaat
Penelitian
1.
Manfaat
Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan
pemikiran terhadap ilmu pengetahuan terutama di bidang katekese umat kepada
umat katolik.
2.
Manfaat
Praktis
Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk penulis,umat katolik di
Stasi Santa Agatha Radak dan Lembaga Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri
Pontianak
a.
Bagi
penulis, Hasil penelitian ini di harapkan dapat membantu penulis untuk
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di lapangan khususnya umat katolik di
Stasi Santa Agatha Radak, agar dapat
memahami arti katekis dalam hidup sehari-hari dan mampu mengkomunikasikan
pengalaman iman mereka kepada sesama.
b.
Bagi
masyarakat/Umat Katolik, Khususnya bagi Umat Katolik di Stasi Santa Agatha
Radak,supaya dapat menjadi teladan dan contoh bagi orang-orang/ masyarakat di
sekitarnya
c.
Bagi
Lembaga Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak Skripsi ini dapat di
jadikan bahan dan sarana untuk di kaji lebih mendalam serta mampu menolong
mahasiswa untuk menentukan arah dan pola pengembangan katekis yang berkaitan dengan visi dan misi Sekolah
Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak.
E. Sistematika
Penulisan
Keseluruhan
Skripsi ini disajikan dan di uraikan dalam lima bab, dengan sistematika
penulisan sebagai berikut :
Bab I, Pendahuluan. Bab I ini menguraikan
tentang latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II, Kajian Pustaka. Bab ini membahas
teori-teori atau pandangan seputar peranan Katekis meningkatkan partisipasi
umat dalam Ibadat Sabda Hari Minggu
Bab III, Metodologi Penelitian. Bab ini
membahas mengenai metodologi penelitian yang membantu proses dalam pengumpulan
data dan menganalisis data dari penelitian lapangan.
Bab
IV, Pembahasan dan Hasil. Bab ini berisikan uraian dan paparan mengenai
gambaran umum Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan
Agung Pontianak, peranan Katekis meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat
Sabda Hari Minggu di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta
Kapuas Keuskupan Agung Pontianak, faktor penghambat peranan katekis
meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda Hari Minggu di Stasi Santa
Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak,
serta peranan katekis dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda
Hari Minggu di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas
Keuskupan Agung Pontianak.
Bab V, Penutup. Dalam Bab V ini berisikan
uraian kesimpulan dari jawaban masalah penelitian, serta saran bagi pihak-pihak
yang terkait.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Katekis
Katekis yakni orang yang merasa terpanggil
dan memiliki kewajiban memberi pelajaran atau pewartaan, orang yang memiliki
pendidikan khusus bidang katekese dan memiliki pengetahuan luas tentang agama
lain dan terutama protestanisme, sukarelawan bidang pewartaan, pembantu pastor
yang bertugas bidang pewartaan, pekerjaan mingguan/ sampingan dan melaksanakan
tugas teknis lapangan( Budiyanto, 2011:36 )
Katekis adalah orang yang atas nama gereja
memberikan pelajaran agama, untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik mereka
di didik khusus dalam ilmu kateketik. Mereka terutama memberikan katekese
kepada calon baptis dan anak-anak di sekolah, tetapi juga memelihara
kepentingan-kepentingan religious dari umat setempat. Seringkali mereka
mengambil alih tugas-tugas imam, khususnya di Stasi, sejauh tidak memerlukan
wewenang khusus imamat jabatan( Maryanto, 2004:96 )
Pengertian katekis dibagi menjadi dua bagian
yaitu katekis professional dan katekis lokal ( Jansen, 1998:30-32 )Katekis profesional adalah seseorang
yang karena pendidikan yang khusus menjalankan tugas pewartaan dan tugas
pastoral diwilayah atau paroki. Berdasarkan pendidikan yang diperoleh itu,
mereka menjadi orang yang mempunyai kecakapan atau keahlian khusus dalam
katekese atau pastoral, sehingga dengan kemampuan itu mereka dapat membantu
pekerjaan pastoral. Mereka memiliki cara yang paling sesuai untuk membina dan
meningkatkan penghayatan iman umat.
Selain keahlian yang dimiliki mereka juga
dapat pengutusan atau pengangkatan baik dari pemerintahan atau gereja setempat
(keuskupan). Semua orang ikut serta dalam pelayanan sabda dibidang katekese
perlu mempunyai mutu yang dapat terungkap dalam beberapa ciri atau sikap. Katekis lokal dapat disejajarkan dengan
rasul awam yaitu orang yang atas dasar panggilannya dengan sukarela membantu
tugas-tugas wilayah, memberikan pelajaran agama dan membantu tugas-tugas
pengurus wilayah. Tugas yang dijalankan mereka ini didasarkan pada karisma yang
dimilikinya dan bukan karena pendidikan akademis seperti pada katekis profesional.
Tugas mereka terbatas pada wilayah-wilayah
tertentu saja (bersikap lokal),walaupun tidak menutup kemungkinan untuk wilayah
yang lebih luas. Pendidikan mereka dalam bidang katekese mungkin mereka terima
melalui khursus. Mereka mungkin bergerak pada bidang pengajaran agama untuk
para katekumen. Pengajaran tersebut mereka jalankan secara sukarela. Katekis
lokal tersebut bekerja atas dasar sukarela sebagai rasul awam (Jansen, 1998:33
)
Dalam praktek pada umumnya seseorang disebut
katekis karena dia mempunyai pekerjaan yang khas, yaitu mengajar agama walaupun
sebenarnya dia juga harus bekerja dibidang pastoral lainnya. Pelayanan katekis
mempunyai satu tujuan utama yaitu agar hidup gereja sebagai himpunan umat
beriman semakin dewasa dalam penghayatan imannya, sehingga benar-benar gereja
merupakan tanda dan sarana persatuan umat Allah dengan Bapa didalam
masyarakat. Pelayanan katekis memang
tidak didasarkan atas tahbisan, namun pelayanannya bersifat fungsional, karena
tujuan pelayanan satu dan sama yaitu: membangun iman umat.
Kesulitan yang
timbul yakni apakah kedudukan katekis sebagai salah satu tugas dalam pelayanan
gereja itu termasuk yang dikehendaki oleh Yesus Kristus atau tidak. Apakah
pelayanan katekis mendasarkan hirarki tertentu atau mendasarkan suatu kondisi
tertentu yang menunjukan perlunya pelayanan katekis secara intensif dan
kontiyu. Dalam gereja purba pelayanan katekis pernah muncul, namun kedudukannya
dalam gereja tidak begitu jelas. Walaupun demikian kita harus berani mengatakan
bahwa di satu pihak pelayanannya sebagai umat Allah memang dikehendaki oleh
Yesus Kristus. Karena itu pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus ( Mat 28:19 ). Dan
dilain pihak pelayanan katekis tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan
umat.
Titik tolak ini
seolah-olah merupakan dua hal yang berbeda, yang satu kelihatan bahwa pelayanan
katekis berasal dari atas sehingga kalau mungkin pelayanannya dapat atau
berbeda dalam struktur gereja. Sedangkan yang kedua kelihatan bahwa pelayanan
katekis muncul dari bawah, yaitu bahwa umat memerlukan bimbingan secara
terus-menerus dalam memperdalamkan iman mereka. Berdasarkan imamat umum kaum
beriman kita tahu bahwa tugas umat Allah seluruhnya untuk mewartakan sabda
Allah kepada umat manusia. Tetapi bagi katekis tugas pewartaan itu harus
diartikan secara lebih luas ( Mengajar Agama ), melainkan meliputi seluruh
bidang pastoral dan usaha peningkatan penghayatan kehidupan religious
diwilayah/paroki ( Jansen 1998:34 ).
Katekis berperan menyampaikan
secara jelas pesan Kristiani dan menemani para katekumen dan orang-orang
Kristen yang baru dibaptis dalam perjalanannya
menuju kedewasaan iman serta kehidupan sacramental yang penuh. Disamping
itu, peran katekis adalah hadir dan menjadi saksi, dan terlibat dalam
perkembangan manusia,inkulturasi dan dialog. Oleh karena itu, ketika berbicara
mengenai para katekis di tanah-tanah misi, Magisterium Gereja menganggapnya
sebagai hal yang penting dan memberinya tempat khusus( Komkat KWI, 1993:16 )
Tugas yang
dipercayakan kepada katekis meliputi lima peranan yaitu pertama mengajar orang-orang bukan Kristen, kedua memberi katekese kepada para katekumen dan mereka yang sudah
di baptis, ketiga memimpin doa dalam
kelompok; terutama pada liturgi hari minggu ketika tidak ada imam, mendoakan
orang sakit dan memimpin upacara penguburan, keempat memberi pelatihan kepada katekis lima membantu orang yang miskin dan bekerja untuk pembangunan
manusia dan keadilan.
Katekis jenis ini
lebih umum ditemukan di paroki-paroki yang meliputi suatu wilayah yang luas
dengan kelompok-kelompok lingkungan yang tersebar jauh dari pusat paroki, atau
karena tidak ada kaum religius, maka pastor-pastor paroki memilih
pemimpin-pemimpin kaum awam untuk membantu mereka. Dinamika Gereja-Gereja muda
dan situasi sosiokultural mereka melahirkan tugas kerasulan yang lain. Misalnya
ada guru agama di sekolah-sekolah, yang mengajar baik murid-murid yang telah
dibaptis maupun yang bukan Kristen. Tugas kerasulan seperti ini bisa ditemukan di
sekolah-sekolah negeri, dimana Negara mengizinkan adanya pelajaran agama
seperti juga di sekolah-sekolah katolik. Ada juga katekis untuk sekolah minggu
yang mengajar di sekolah-sekolah minggu yang diselenggarakan oleh paroki,
terutama di mana Negara tidak mengizinkan adanya pelajaran agama di
sekolah-sekolah.
Selain itu, di kota-kota besar, terutama di
kawasan-kawasan yang cukup miskin, ada rasul-rasul awam yang menjalankan
karya-karya mengagumkan di antara kaum papa, para pengungsi,tahanan, dan
orang-orang lain yang berkekurangan. Tugas-tugas semacam ini dianggap, sesuai
dengan kepekaan dan pengalaman Gereja yang berbeda-beda, sebagai tugas yang
cocok untuk katekis atau sebagai bentuk umum pelayanan kaum awam terhadap
Gereja dan misinya ( Komkat KWI. 1993:18-19 )
Didik Bagiyowinadi
( 2012 :23-24 ), Mengingat tugas mewartakan injil ini bukanlah perkara mudah,
maka di tuntut dari seorang katekis hal-hal berikut ini. Pertama, yakin akan iman yang hendak diwartakannya. Tulis
Paulus, Sebab aku mempunyai keyakinan
yang kokoh dalam injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan
setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani
( Rom 1:16 ) kedua, tuntutan belajar
terus-menerus baik materi iman yang akan diajarkan supaya terhindar dari hal
yang menyesatkan (Luk 17:1-2) dan makin jelas bagi pendengarnya, maupun metode
yang lebih sesuai dengan subjek yang dihadapi.
Tuntutan bagi
katekis yang Ketiga, tuntutan menjadi saksi
Injil, atas apa yang telah kita wartakan. Tidak cukup bila kita hanya bernubuat
dan berkata-kata, sementara perbuatan kita tidak selaras dengan kehendak Tuhan
(bdk. Mat 7:22). Kepada Timotius Paulus berpesan. Awasilah dirimu sendiri dan ajaranmu (1 Tim 4:16). Dan Paulus VI menulis,
dunia membutuhkan pewarta yang berbicara mengenai Tuhan yang mereka kenal dan
akrab dengan mereka, seakan mereka telah melihat yang Tak Kelihatan itu (Evangelii Nuntiandi75). Secara tugas dokumen Pedoman Katekis juga menyebut, sangat
disayangkan kalau mereka tidak mempraktekkan apa yang mereka wartakan dan
berbicara tentang Tuhan yang secara teoretis mereka tahu baik sekali, tetapi
mereka sendiri tidak mempunyai kontak dengan-Nya.
Tuntutan bagi Katekis
yang Keempat, tuntutan terbuka
kepada Gereja, dimana keterbukaan ini diungkapkan dalam cinta, pengabdian
terhadap pelayanannya, dan kesediaan menderita. Gereja mengharapkan
katekis-katekis yang memiliki rasa handal, berani dan tanggung jawab
mendalam sebagai anggota yang hidup aktif dari Gereja. Secara konkret hal ini
tampak dalam kesetiaan mengikuti Misa Mingguan dan partisipasi di lingkungan
setempat.
Didik Bagiyowinadi
( 2012: 24-25 ), Selain mesti memenuhi harapan dan tuntutan di atas,
seorang katekis akan dihadapkan pada pelbagai tantangan. Pertama dari diri kita
sendiri, kita menyadari aneka kelemahan dan kerapuhan kita, ibarat bejana tanah
liat, namun syukur pada Allah bahwa kita dipercaya untuk ambil bagian mewartakan
Injil. Menyadari kelemahan dan keterbatasan diri, kiranya kita patut bersyukur
bila dipercaya mengemban tugas luhur ini. Dan di sinilah kita boleh berharap
akan kekuatan dan bantuan Allah,
tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa
kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami ( 2
Kor 4:7 ).
Kedua, kita akan
dihadapkan pada aneka kondisi tanah batin pendengar yang berbeda-beda, tidak
selalu tanah yang baik ( lih. Mat 13:1-23 ). Dibutuhkan kesabaran dan
ketekunan, dilain pihak kita mesti mengimani bahwa para pendengar itu adalah
kawanan domba milik Kristus sendiri yang mesti diberi santapan firman dan
digembalakan. Cinta akan Kristus memotivasi kita untuk menunaikan tanggung
jawab ini ( bdk. Yoh 21:15-17 ).
Ketiga, medan
pewartaan yang kita hadapi tidak selalu mudah, sebab dalam pewartaan Injil ini
kita tidak memilih sendiri. Kawanan domba yang gemuk, tetapi bersama yang lain
kita mau peduli pada kawanan yang dipercayakan kepada kita. Terkadang kita
sungguh dituntut berkorban, dihadapkan pada aneka kesulitan dan penganiayaan,
kendati mungkin tidak seberat yang dia alami oleh St. Paulus ( lih. 2 Kor
11:23-28 ). Sebagai katekis kita tidak ingin seperti benih yang jatuh di tanah
yang berbatu, yang cepat layu karena penindasan dan penganiayaan ( Mat 13:20-21
), semoga penderitaan itu justru mematangkan iman kita ( bdk. 2 Tim 3:10-13 ).
Tugas menjadi
katekis mengandaikan diberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan ( bdk. 1
Kor 12:8 ). Karunia ini dianugerahkan sesuai dengan kehendak Tuhan sendiri ( 1
Kor 12:11 ) dengan maksud untuk kepentingan bersama ( 1 Kor 12:7 ) dan untuk
membangun jemaat ( 1 Kor 14:12 ). Jadi
tidak ada alasan menjadi sombong atau
memegahkan jasa pengabdian. Tugas mewartakan injil berarti mewartakan Kristus
bukan mewartakan diri sendiri. Maka semangat kerendahan hati St. Yohanes
Pemandi perlu diresapkan, ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil (
Yoh 3:30 ).
Sebagai katekis
juga akan berhadapan dengan kesulitan. Bahkan barangkali juga tidak ada jaminan
bahwa akan terbebas dari penyakit. Akhirnya menyadari bahwa umat Allah
bersama-sama ambil bagian dalam pewartaan kerajaan Allah. Dalam hal ini
jabatan, pengurus hendaknya pertama-tama dilihat sebagai tanggung jawab
pelayanan dan pemberdayaan, bukan sekedar status apalagi untuk menguasai (
Bogiyowinadi 2012:26 ).
Dimensi pastoral
dari pembinaan dan pendidikan menyangkut latihan yang berkaitan dengan fungsi
kenabian, imamat, dan rajawi dari kaum awam yang telah dibaptis. Oleh karena
itu para katekis harus diajari bagaimana memimpin orang lain dalam komunitas
dan doa liturgis, dan bagaimana menjalani berbagai pelayanan pastoral lainnya.
Kualitas yang perlu dikembangkan untuk tugas
ini adalah semangat tanggung jawab pastoral dan kepemimpinan, sikap
murah hati, dinamis dan kreatif, persekutuan gerejawi dan ketaatan kepada
pastor.
Porsi teoritis dari
pastoral akan berkaitan dengan macam-macam karya pastoral yang akan dijalani
dan juga berkaitan dengan bermacam-macam karya pastoral yang akan dijalani
yaitu: anak-anak, remaja, kaum muda atau orang dewasa, mahasiswa atau pekerja.
Orang yang telah dibaptis atau belum, orang yang sehat atau sakit, kaya atau
miskin, individu atau anggota gerakan atau kelompok khusus dan sebagainya.
Sakramen-sakramen akan mendapat perhatian khusus, sehingga para katekis akan
belajar bagaimana membantu umat dalam mengalami makna religius, tanda-tanda ini
dan dalam mendekati sakramen-sakramen dengan iman akan keampuhan adikodratinya.
Didik Bagiyowinadi
( 2012:39-40 ), Sebagai pewarta injil, St. Paulus juga mengalami suka dan duka,
salah satu kesukaan dan kebanggaannya adalah bila umat yang dia layani akhirnya
bertumbuh kembang dalam iman dan dia bersyukur atas umat di Tesalonika karena
imanmu makin bertambah dan kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara
kamu, sehingga dalam jemaat-jemaat Allah kami sendiri bermegah tentang kamu
karena ketabahanmu dan imanmu dalam segala penganiayaan dan penindasan yang
kamu derita (2 Tes 1:3-4).
Sementara untuk
menjalankan tugas pewartaan Injil, Paulus mesti menghadapi aneka tantangan dan
kesulitan (lih. 2 Kor 11:23-28). Dan tugas pelayanannya itu, Paulus dibantu
oleh umat. Jemaat-jemat di Makedonia dipujinya, dengan kerelaan sendiri mereka
meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia
untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang Kudus (2 Kor 8:4).
Bila jemaat di Makedonia menyumbangkan sebagian dari milik mereka untuk
mendukung pewartaan Paulus, kita pun sebagai katekis awam patut bersyukur
diperkenankan ambil bagian untuk mewartakan Injil dengan kata-kata (Apostolicam Actuositatem 6) dan membantu
tugas pelayanan hirarki untuk mewartakan Injil (Apostolicam Actuositatem24).
B. Ibadat
Sabda
Ibadat Sabda adalah perayaan iman akan Allah
yang bersabda dan Sabda yang diucapkan-Nya itu membawa dampak yang dituju.
Dengan merayakan Sabda Allah, kita juga akan mendapatkan dampak baiknya bagi
diri dan hidup kita. Dalam Ibadat Sabda, Allah bersabda ketika Kitab Suci
dibacakan. Ketika Sabda-Nya dirayakan, Allah melaksanakan karya-Nya.Dalam
Ibadat Sabda kita mendengarkan Allah yang bersabda dan kita, umat menanggapinya
dengan mengamini,menerima dampak serta hasilnya,bersyukur (Mangunhardjana,
2013: 89 )
Menurut Mariyanto ( 2004 : 74 ), Ibadat Sabda
adalah ibadat yang dipusatkan pada pewartaan dan permenungan sabda Allah.
Konsili Vatikan II menegaskan bahwa kalau umat berkumpul pada hari Minggu dan
di situ tidak ada imam yang hadir sebaiknya diadakan Ibadat Sabda yang dipimpin
oleh seorang diakon atau awam yang ditugaskan oleh uskup untuk itu. Ibadat
Sabda sangat bernilai bagi kaum beriman. Di
tengah jemaat yang berkumpul dalam nama Tuhan untuk ibadat sabda ini,
Tuhan hadir di tengah-tengah mereka (bdk. Mat 18:20).
Dalam liturgi seperti ini Allah hadir dalam
sabda-nya, karena ia sendirilah yang berbicara bilamana di dalam gereja Alkitab
dibacakan. Ia hadir pula bila gereja memohon dan bermazmur (KL 7,24,33). Inilah
yang terutama terjadi dalam setiap ibadat sabda kita bertemu dengan Allah,
mendengarkan sabda-Nya, dan menanggapinya ibadat sabda juga sangat bernilai
karena dalam pertemuan jemaat beriman ini gereja menjadi lebih tampak, bahkan
bukan hanya tampak tetapi sekaligus dibangun.
Ibadat Sabda sangat bernilai bagi umat
beriman. Dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku di situ Aku hadir
di tengah-tengah mereka ( Mat 18:20 ). Dalam liturgi Allah hadir di
tengah-tengah umatnya dalam Sabda-Nya, Karena Allah sendiri yang berbicara saat
Kitab Suci dibacakan, serta hadir bila Gereja memohon dan bermazmur dalam
nama-Nya.
Menurut Martasudjita, ( 2007:167 ) Allah yang
ingin berjumpa dan mendekatkan diri dengan manusia memberikan diri-Nya secara
utuh bagi manusia melalui pribadi Yesus Kristus. Pribadi Allah hidup bersama di
tengah-tengah umat manusia untuk memulihkan hubungan antara Allah dengan
umat-Nya, sementara itu manusia menanggapi pewahyuan dengan menyerahkan diri
kepada Allah melalui iman dan kepercayaan.
Sejauh dilihat dari Allah yang menjumpai dan
memberikan diri-Nya kepada manusia, maka kepada Allah yang menyampaikan wahyu
manusia wajib menyatakan ketaatan iman. Demikian manusia dengan bebas
menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akal
budi serta kehendak yang sepenuhnya kebenaran wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya (
Dei Verbum 5 )
Secara etimologis kata partisipasi berasal
dari bahasa Latin participatio artinya keterlibatan, keikutsertaan. Partisipasi
umat secara aktif dan sadar dalam perayaan liturgi merupakan tuntutan utama
pembaruan liturgi. partisipasi batin atau penghayatan pribadi. (Ernest
Mariyanto. 2004. Hal.152). Di awal Konsili, para uskup menjadikan partisipasi
sebagai poin yang teramat penting dari Konstitusi tentang Liturgi Suci. Mereka
memaklumkan, “ dalam pembaharuan dan pengembangan Liturgi Suci, Keikutsertaan
segenap umat secara penuh dan aktif itu perlu beroleh perhatian yang terbesar”.
Pentingnya partisipasi aktif dalam liturgi
terus menerus dikembangkan. Konsili Vatikan II memandang partisipasi aktif dan
sadar sebagai hak dan kewajiban umat beriman. Hak dan kewajiban itu didapat
sejak menerima sakramen pembaptisan yakni kita ikut terlibat dalam tritugas
Yesus. Adapun tugas dalam perayaan ibadat sabda ( Prasetya, 2010 : 39 ) adalah
sebagai berikut :
1.
Memimpin
Ibadat
Pemimpin Ibadat dapat dilaksanakan oleh
Bruder, Suster, Prodiakon, Ketua Umat ataupun petugas yang ditunjuk untuk
memimpin Ibadat. Tugas Pemimpin Ibadat adalah memimpin seluruh Ibadat Sabda.
Dialah yang membuka perayaan itu dengan tanda salib, di pula yang menutupnya
secara resmi dengan berkat pengutusan. Maka dari itu, pemimpin ibadat perlu
menyadari pentingnya sabda yang tidak hanya diwartakan, melainkan juga
dirayakan
2.
Lektor
Lektor adalah orang yang bertugas membacakan
Sabda Allah. Lektor hendaknya membacakan Kitab Suci dengan suara lantang agar
bisa didengar dan dipahami umat yang hadir. Lektor harus mempersiapkan diri
secara rohani dengan memahami isinya maupun dari sudut teknis membacanya karena
ia sebagai juru bicara Tuhan kepada umatnya, jadi lektor tidak membaca bagi
dirinya sendiri melainkan bagi umat sehingga umat mendengarkannya menjadi
himpunan umat yang bersatu mendengarkan sabda Tuhan
3.
Dirigen
Tugas seorang dirigen adalah memilih
lagu-lagu yang sesuai dengan masa,tema, dan bagian-bagian dalam ibadat. Dia
juga yang memimpin lagu-lagu itu saat anggota koor dan umat bernyayi. Dirigen
diharapkan mempelajari jiwa dan semangat nyayian.Untuk menjadi dirigen yang
baik, dibutuhkan keterampilan yakni kesesuaian antara lagu dengan ketukan serta
alat musik yang dimainkan, dirigen bukan sekedar menggerakan tangan melainkan
ada kontak batin antara lagu dan musik yang dimainkan secara fokus perhatian
selalu ditujukan pada anggota koor atau umat yang benyanyi.
4.
Organis
Organis adalah orang-orang yang mengiringi
nyayian dengan alat musik, baik itu orgen, gamelan, gitar, maupun alat musik lainnya. pemain musik
hendaknya menciptakan suasana yang sesuai dengan permainan musiknya sehingga
umat sungguh-sungguh menghayati perayaan sabda tersebut. Untuk mencapai hasil
yang baik serta membawakan kesan yang baik maka pengiring musik sepantasnya
bekerjasama dengan panduan suara sehingga ada kesesuaian antara musik dan lagu.
5.
Anggota Koor
Koor adalah orang-orang yang bertugas
menyayikan lagu-lagu selama kegiatan liturgi berlangsung.
6.
Pemazmur
Pemazmur bertugas untuk mendasarkan atau
menyanyikan mazmur tanggapan dan bait pengantar injil
7.
Pembawa
Doa Umat
Tugas pembawa doa umat adalah membacakan
doa-doa umat yang sudah disiapkan sebelumnya. Pembawa doa umat hendaknya
bersikap dan menghayati serta membawakan doa dengan sebaik mungkin sehingga ia
tidak hanya bertindak atas nama umat, melainkan juga menciptakan suasana doa
dan mendukung umat yang berdoa bersama.
8.
Kolektan
Kolektan adalah orang-orang yang bertugas
mengumpulkan uang kolekte dari umat dan membawa ke depan altar. Pengumpulan
kolekte dilakukan pada saat persembahan.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Bentuk
Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
metode penelitian deskriptif-kualitatif yakni penelitian yang berakar pada
latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan analisis data, mengarahkan sasaran
penelitiannya pada usaha menemukan teori-teori dasar ( Moleong, 2012:44 ).
Alasan akan digunakan desain penelitian deskriptif-kualitatif karena data yang
diperoleh dalam bentuk kata-kata yang mendeskripsikan peristiwa, perilaku dan
keadaan di tempat penelitian. Data tidak terbentuk angka-angka yang bersifat
kuantitatif.
Jadi penulis memaparkan data-data dan fakta
yang sebenarnya tentang Peranan Katekis Meningkatkan Partisipasi Umat Katolik
Menjadi Petugas Ibadat Sabda Hari Minggu Di Stasi Santa Agatha Radak Paroki
Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.
B.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, digunakan sebuah metode
penelitian sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian. Sedangkan metode itu
sendiri adalah cara atau teknik dalam memecahkan masalah yang akan di teliti.
Adapun metode yang di gunakan dalam penelitian ini ialah menggunakan metode
kualitatif.
Menurut Donatianus ( 2012:44 ), Metode
kualitatif digunakan untuk meneliti realitas pada situasi sosial yang alamiah,
bukan yang ekseperimen sehingga dengan demikian, obyeknya adalah obyek yang
alami, yakni obyek yang apa adanya, tidak dimanipulasi atau dikarang oleh
peneliti
Melalui metode ini penulis dapat menguraikan
kata-kata, mengamati peristiwa dan perilaku umat di Stasi Santa Agatha Radak
Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.
C. Data
dan sumber data
1.
Data
Data adalah seluruh informasi empiris dan
dokumentatif yang diperoleh di lapangan sebagai pendukung kearah konstruksi
ilmu secara ilmiah dan akademis, data adalah sesuatu yang diketahui atau
dianggap ( Mukhtar, 2013:99 ). Diketahui artinya sesuatu yang sudah terjadi
sebagai fakta empiris ( bukti yang ditemukan secara empiris melalui penelitian
). Adapun manfaat data yang pertama untuk mengetahui atau memperoleh gambaran
tentang sesuatu keadaan atau persoalan.
Yang kedua, untuk membuat keputusan atau
memecahkan persoalan. Karena persoalan yang timbul itu ada penyebabnya, maka memecahkan
persoalan maksudnya menghilangkan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
persoalan.
Dalam penelitian ini, data yang diteliti
ialah tentang peranan katekis meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda
Hari Minggu di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas
Keuskupan Agung Pontianak yang kemudian akan dideskripsikan dalam sebuah
tulisan.
Adapun data diperoleh dalam penelitian ini
ialah dari :
a.
Hasil
obsevasi atau pengamatan terhadap peranan katekis meningkatkan partisipasi umat
dalam Ibadat Sabda Hari Minggu selama penelitian ini berlangsung.
b.
Hasil
wawancara yang dilakukan dengan informan tentang peranan kateksi meningkatkan
partisipasi umat dalam Ibadat Sabda Hari Minggu di Stasi Santa Agatha Radak
Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.
2.
Sumber
Data
Sumber
data adalah sumber-sumber yang dimungkinkan seseorang peneliti mendapatkan
sejumlah informasi atau data-data yang di butuhkan dalam sebuah penelitian,
baik data primer maupun data sekunder. Sumber data dapat diperoleh dari lembaga
atau situasi sosial, subjek atau informasi, dokumentasi lembaga, badan atau
historis ( Mukhtar, 2013:107 ).
Oleh karena itu dalam penelitian ini yang
menjadi sumber data ialah :
a.
Umat
Katolik di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas
Keuskupan Agung Pontianak.
b.
Pemimpin
umat dan pengurus umat di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta
Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.
D. Teknik
dan Alat Pengumpulan Data
1.
Teknik
Pengumpulan Data
Menurut Jauhari ( 2010 : 37 ), teknik
merupakan bagian dari metode, artinya secara harafiah sama dengan pengertian
metode, yaitu cara. Cara yang dimaksud disini yaitu cara pengumpulan data dan
cara penganalisaa data.
Adapun cara atau teknik pengumpulan data yang
digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :
a.
Teknik
Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data
dengan cara mengamati secara langsung dilapangan ( Nawawi, 1987: 122 ). Dimana
penulis akan melakukan suatu pengamatan atau penelitian terhadap peranan
katekis di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas.
Menurut Djam’an dan Aan ( 2009:104
)mengatakan bahwa observasi memberi ruang pada peneliti untuk menggali data
perilaku subjek secara luas, mampu menanggap berbagai macam intreaksi dan
secara terbuka mengeksplorasi topic penelitiannya. Dengan suatu perspektif
menyeluruh mengenai pemahaman suatu konteks yang sedang diteliti.
b.
Teknik
wawancara
Menurut Satori dan Komariah ( 2009:130 ),
wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang
digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau Tanya jawab.
Menurut Sugiyono ( 2009: 137 ), wawancara dapat dilakukan
secara terstruktur maupun tidak terstruktur,
dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun menggunakan telepon.
Wawancara terstruktur artinya wawancara yang tidak bebas dimana penulis
menggunakan pedoman wawancara yang pertanyaannya telah di susun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan data serta jawabannya pun sudah disiapkan.
Pedoman wawancara yang digunakan berupa
pertanyaan yang lebih mendetail dan terperinci secara mendalam terhadap
permasalahan. Wawancara tidak terstruktur, artinya wawancara yang bebas di mana
penulis tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah di susun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan
hanya berupa pertanyaan garis-garis besar permasalahan yang akan di tanyakan.
2.
Alat
Pengumpulan Data
Menurut sugiyono ( 2009:81 ), alat
pengumpulan data adalah benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu agar data
dapat terekam dengan baik serta memiliki bukti. Pengumpulan data yang dilakukan
dalam penelitian ini memerlukan cara yang tepat, agar data yang di peroleh
benar-benar jelas sehingga memadai pula dalam proses pengelolaan data.
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini
ialah:
a.
Pedoman
Observasi
Menurut Satori dan Komariah ( 2009 : 112 ), pedoman observasi berupa
daftar catatan-catatan pengamatan
terhadap objek yang sedang diteliti. Agar observasi terarah, peneliti harus
mempersiapkan pedoman observasi ( observasi schedule ) yang disusun berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Pedoman observasi ini berfungsi untuk
membantu penelitian mengamati umat di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa
Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.
b.
Pedoman
wawancara
Pedoman wawancara merupakan pengumpulan data atau informasi dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada responden tentang
pokok-pokok pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu guna memperoleh
data ( Singarimbun, 1984:192 ), pedoman wawancara berfungsi untuk menuntun peneliti
bertanya kepada informan kunci agar terfokus pada sasaran penelitian.
E. Teknik
Menguji Keabsahan Data
Teknik menguji keabsahan data dalam suatu
penelitian adalah peningkatan keabsahan hasil penelitian ( Satori dan Komariah,
2009:100 ). Untuk menguji keabsahan data
maka penelitian perlu melakukan tringulasi yaitu pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara. Tringulasi yang digunakan ialah : Tringulasi
Sumber yaitu mencari data dari sumber yang beragam yang masih terkait satu sama
lain. Penelitian perlu melakukan eksplorasi untuk mengecek kebenaran data dari
beragam sumber. Sumber-sumber tersebut dapat diperoleh dari umat katolik, ketua
stasi.
Data dari sumber-sumber tersebut
dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana
yang spesifik dari sumber data tersebut. Data yang dianalisa oleh peneliti
menghasilkan suatu kesimpulan, selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan
sumber-sumber data tersebut.
F. Teknik
Analisa Data Penelitian
Teknik analisa data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola, dan membuat kesimbulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain.
G. Lokasi
penelitian
Penelitian
ini akan dilakukan di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta
Kapuas Keuskupan Agung Pontianak . penulis melakukan penelitian di Stasi ini
karena ada persoalan terkait dengan partisipasi Umat Katolik dalam Ibadat
Sabda, penulis prihatin terhadap umat katolik yang kurang berpartisipasi dalam
ibadat sabda, serta karena saya sudah pernah praktek didaerah tersebut selama
enam bulan sehingga dapat memudahkan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi
dengan umat katolik setempat dalam mencari data.
BAB IV
PEMBAHASAN
DAN HASIL
Bab ini menguraikan tentang pembahasan dan
hasil. Namun sebelum pembahasan dan hasil diuraikan, penulis memaparkan
terlebih dahulu gambaran umum Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta
Kapuas Keuskupan Agung Pontianak mengenai geografis, keadaan sosial, budaya, mata
pencaharian dan perekonomian, tingkat pendidikan dan kesehatan serta lingkungan
masyarakat.
A. Keadaan
Lokasi Penelitian
1.
Letak
Geografis
Secara umum keadaan wilayah Stasi Santa
Agatha Radak sebagian besar adalah dataran rendah dan dataran tinggi hanya
terdapat di daerah-daerah yang tertentu. Stasi Santa Agatha Radak di lintasi
Sungai Kapuas, kalau pakai motor darat harus nyebrang pakai motor tambang dan
biaya penyebrangan satu unit motor sepuluh ribu rupiah. Jalan menuju ke Stasi
Santa Agatha Radak dapat ditempuh melalui jalan darat dan jalan air, jalan
darat hanya bisa dilalui kendaraan roda dua.
Kondisi jalannya saat sekarang sebagian masih
jelek apalagi musim penghujan, kendaraan roda dua susah lewat karena becek. Stasi
Santa Agatha Radak merupakan Stasi yang cukup jauh dari paroki Santa Theresia
Delta Kapuas, berdasarkan letak geografisnya wilayah Stasi Santa Agatha Radak
berbatasan dengan Stasi Santo Yosep Terentang Hulu.
2.
Keadaan
Sosial
Dilihat dari segi suku di Stasi Santa Agatha
Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianakmayoritas Suku
Dayak dan ada juga suku lainnya namun pada hakikatnya masyarakat masih memiliki
toleransi antar suku masih kuat, dilihat juga dari segi konflik di Stasi Santa
Agatha Radak tidak pernah terjadi suatu konflik antara suku dan agama yang
lainnya walaupun beragam suku dan budaya.
Selama
penelitian berlangsung di Stasi Santa Agatha Radak berjalan dengan lancar dan
tidak pernah terjadi suatu masalah dan hambatan dalam pelaksanaan penelitian, status sosial dalam
masyarakat mereka saling gotong royong, saling menghormati, musyawarah dan rukun antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lainnya.
3.
Segi
Budaya
Stasi Santa Agatha Radak mereka percaya
kepada Tuhan Yesus Kristusakan tetapi sebagaimana masyarakat adat lainnya
mereka juga sangat taat memegang adat-istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya.
Menurut
kepercayaan masyarakat Radak, dengan
menjalankan adat-istiadat warisan nenek moyang berarti menghormati para
leluhur. Stasi Santa Agatha Radak masih mempercayai akan takhayul mengenai
adannya makhluk gaib yang mengisi tempat–tempat tertentu yang dianggap angker.
Kepercayaan
masyarakat Kampung Radak kepada mahluk
halus masih dipegang kuat.Sedangkan tempat-tempat yang dijadikan tempat tinggal
mahluk halus tersebut oleh masyarakat Stasi Santa Agatha Radakdisebut sebagai
tempat yang angker. Adapun upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Radak yaitu
Ucapan Syukur Panen Padi dan acara buang hampa padi.
4.
Mata
Pencaharian dan Perekonomian Masyarakat
Umat di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa
Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak dalam mata pencaharian
mempunyai mata pencaharian pokok yaitu bertani, noreh, akan tetapi penduduk kampung Radak memiliki mata pencaharian sampingan
diantaranya berdagang, berkebun, membuat kerajinan tangan, dan berternak, namun
ada juga penduduk kampung Radak yang bekerja di luar seperti kerja di Perusahaan Tanaman Industri
albasia/alkasia, tetapi setelah mereka pulang dari pekerjaannya, mereka
tidak boleh membawa budaya yang baru dari luar.
5.
Tingkat
pendidikan
Hasil perhitungan data disajikan dalam bentuk
tabel dengan perhitungan persentase dinyatakan pada tabel 1.1
TABEL 1.1
HASIL ANALISIS DATA
No
|
Tingkat Pendidikkan
|
%
|
1
|
SD
|
90 %
|
2
|
SMP
|
9 %
|
3
|
SMA
|
1 %
|
Dilihat dari tabel tingkat
pendidikkan di Stasi Santa Agatha Radak sebagian besar tamatan Sekolah Dasar (
SD ), Namun ada juga yang SMP, SMA. Anak-anak yang tinggal di Stasi Santa
Agatha Radak menempuh pendidikkan SD di Desa Radak dua dengan jarak tempuh dua
kilo meter jika berjalan kaki, sedangkan SMP dan SMA berada di Kecamatan
Terentang.
6.
Kesehatan
Dari segi kesehatan umat Stasi Santa Agatha
Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak cukup baik,
hal ini di perkuat dari hasil wawancara dengan bapak H beliau mengatakan bahwa
kesehatan umat di Stasi Santa Agatha Radak cukup baik, di Desa Radak Dua ada
Pukesmas, dan ada juga Dokter serta Perawatnya. Dimana jarak tempuh dari Stasi
Santa Agatha Radak ke Desa Radak Dua tidak terlalu jauh.
Bapak
H juga mengatakan bahwa setiap hari sabtu atau minggu ada Bidan dan Perawat
yang datang ke Stasi Santa Agatha Radak untuk Posyandu maka kesehatan cukup
baik. Dan bagi umat yang kurang mampu bisa menggunakan kartu BPJS sehingga umat
di Stasi Santa Agatha Radak merasa terbantu.
7.
Lingkungan
Masyarakat
Berdasarkan
hasil wawancara dengan bapak H ( Ketua Umat, 24 juli 2017 ), Keadaan penduduk
di Stasi Santa Agatha Radak merupakan penduduk pindahan dari Sekadau, Melawi,
Kaliampo dan Manyuke buka lahan di Radak pada Tahun 1992. Jumlah umat yang
beragama katolik 19 kk dengan jumlah 67 orang. Terbentuknya Stasi Santa Agatha
Radak pada Tahun 2003 yang di pelopori oleh Pastor dari Ordo Kapusin yaitu
Pastor Yosep Ekatom Danu Hutu Sudirman OFM Cap
Pada saat itu umat
katolik beribadah di rumah umat, kemudian pada tanggal 24 November 2013 di
bangun Gereja yang di beri nama Santa Agatha Radak. Umat katolik di Stasi Santa
Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak
Sebagian besar bersuku Dayak ( 99 % ) dan ada juga dari suku jawa ( 1 % ).
B. Hasil
dan Pembahasan
1.
Kegiatan
Katekis yang sudah dilakukan dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat
Sabda
a. Memimpin Doa dalam kelompok terutama pada
liturgi hari minggu ketika tidak ada imam, mendoakan orang sakit dan memimpin
upacara penguburan. Berdasarkan pengamatan penulis dari tanggal 23 Juli 2017
sampai tanggal 23 Agustus 2017, katekis pernah memimpin doa dalam kelompok
terutama pada liturgi hari minggu ketika tidak ada imam. Namun dalam menjalankan tugasnya masih ada
masalah yang terjadi pada katekis seperti kurang menyentuh hati umat ketika
membawakan sebuah renungan dan kurang lancar dalam membaca.
Keterangan
ini di perkuat lagi dengan hasil wawancara dengan bapak L beliau mengatakan
bahwa katekis pernah memimpin doa dalam kelompok, namun di balik apa yang
pernah katekis lakukan itu ada masalah yang terjadi ketika membawa sebuah
renungan kurang menyentuh hati umat dan kurang lancar dalam membaca.
Sebagai seorang katekis yang menerima
panggilan khusus dari Allah, perlu menyadari bahwa masa depan Gereja juga
berada di tangannya. Katekis dituntut untuk mampu berperan secara aktif dalam
setiap kegiatan hidup menggereja, baik dalam lingkup paroki maupun lingkup
tempat tinggalnya. Melihat hasil penelitian yang diperoleh, katekis sudah cukup
mengerti peran katekis di Stasi yakni ikut membantu team kerja pewartaan.
Supaya perannya dapat dijalankan dengan baik,
maka katekis memiliki sikap yang baik pula. Sikap-sikap yang dimiliki katekis yakni percaya panggilan
dirinya sebagai katekis. Sedangkan komitmen adalah kesetiaan melaksanakan
tanggung jawab untuk memikirkan bersama rencana pastoral dan ketalatenan
melaksanakannya.
b.
Membantu
orang yang miskin dan bekerja untuk pembangunan manusia dan keadilan.Berdasarkan
pengamatan penulis dari tanggal 23 Juli 2017 sampai dengan tanggal 23 Agustus
2017 katekis sudah melaksanakan tugasnya yaitu membantu orang yang miskin dan
bekerja untuk pembangunan manusia dan keadilan.
Keterangan ini di perkuat lagi dengan hasil
wawancara dengan Bapak L beliau mengatakan bahwa bapak H pernah membantu orang
yang miskin dan bekerja untuk pembangunan manusia dan keadilan. Tugas pelayanan
seorang Katekis tentunya tidak terlepas dari kesatuannya dengan Tuhan. Sebagian
besar katekis dalam dirinya sudah mempunyai kesadaran bahwa tugas katekis untuk
mewartakan kabar gembira di gerakkan oleh kuasa Allah.
Pelayanan seorang katekis di tengah jemaat
juga perlu di dasari oleh hubungan pribadinya dengan Kristus. Atas pernyataan
tersebut, katekis sudah mulai memahami pelayanannya di dasari hubungan
pribadinya dengan Kristus, hubungan pribadi antara katekis dengan Kristus dapat
diwujudnyatakan dengan berdoa kepada-Nya. Melalui berdoa itulah relasi dengan
Kristus akan terjalin dan ia pun mendapatkan kekuatan untuk mewartakan kabar
gembira keselamatan dibumi ini.
2.
Faktor
penghambat katekis dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda Hari
Minggu di Stasi Santa Agatha Radak
a.
Katekis
tidak menyadari panggilan
Hasil wawancara dengan bapak I pada 22 juli
2017 katekis tidak menyadari panggilan, sehingga tidak mengajar orang-orang
katolik. Seharusnya seorang katekis itu harus aktif dalam karya pewartaan
Gereja, jadi telah disadari pula tugas Katekis tidak semata-mata hanya dibidang
Liturgi saja melainkan mencakup keseluruhan tugas Gereja. Panggilan yang
diterima Katekis merupakan panggilan dari Allah sendiri dan manusia yang
menanggapi.
Dalam menanggapi panggilan tersebut, tentu
bukan semata-mata karena kemauan atau dorongan diri sendiri saja, tetapi Allah
ikut berperan didalamnya melalui Roh Kudus-Nya. Atas pernyataan diatas bahwa katekis
kurang menyadari panggilan menjadi katekis berasal dari Allah sendiri.
b.
Kesibukan
pribadi
Hasil wawancara dengan bapak D 22 juli 2017, beliau
mengatakan bahwa katekis tidak pernah mengajar orang-orang katolik karena sibuk
dengan pekerjaan pribadi, sehingga katekis tidak melaksanakan tugas dan
kewajiban sebagai pewarta Injil serta tidak bisa membagi waktu untuk mengajar
orang-orang katolik, katekis lebih mengutamakan kepentingan pribadinya dari
pada kepentingan Gereja.
c.
Kurang
kesadaran tentang perannya
Hasil wawancara dengan bapak Ac 23 juli 2017,
katekis kurang kesadaran tentang perannya sehingga tidak pernah memberikan
Katekese kepada umat Katolik Yang dapat mengubah sikap kita hanyalah kita
sendiri, orang lain tidak bisa mengubah sikap kita, orang hanya bisa memberikan
masukan yang benar kepada kita. Arahan tersebutlah yang kita tanggapi dengan baik sehingga kita dapat
mengubah sikap hidup kita kejalan yang benar. Dan menurut katekis bahwa tidak
berperannya dalam Ibadat Sabda Hari Minggu dikarenakan tidak sempat untuk memikirkan
tugasnya dan susah membagi waktu, serta kurang dukungan dari umat. Disini dapat
dilihat bahwa katekis kurang kesadaran untuk aktif meningkatkan partisipasi
umat dalam Ibada Sabda Hari Minggu.
d.
Kurang
pembinaan dan pendampingan bagi Katekis
Hasil wawancara dengan bapak H pada 23 juli
2017 beliau mengatakan bahwa Kurangnya pembinaan dan pemahaman bagi Katekis ini
menjadi faktor untuk memberikan Katekese kepada umat. karena dengan ada pembinaan
dan pendampingan maka katekis dapat bertanya dan mendapatkan berbagai
pengetahuan tentang ajaran agama dan Gereja karena tidak cukup jika
mengandalkan ajaran agama pada saat menempuh pendidikan.
Dengan adanya pembinaan dan pendampingan
khusus bagi Katekis ini akan mengarahkan Katekis pada jalan yang benar. Berdasarkan
hasil pengamatan penulis, pengetahuan dan pembinaan bagi katekis masih minim
sehingga membuat Katekis kurang berperan, dan kurang dukungan dari umat
Katolik.
e.
Kurang
mempersiapkan diri
Menurut pengamatan pada tanggal 23 juli 2017
di Stasi Santa Agatha Radak, katekis kurang mempersiapkan diri dalam membawakan
renungan padahal dalam membawa renungan itu sangat penting dan sangat
berpengaruh bagi umat katolik, karena apa yang ia bacakan dan sampaikan itu
adalah firman Tuhan yang tidak untuk di main-mainkan. Seorang pembawa renungan mempersiapkan
diri dengan matang supaya bisa mewartakan injil dengan baik dan benar serta
mudah di mengerti oleh umat dan
tidak boleh menyinggung perasaan umat karena setiap umat itu berbeda-beda
pemikiran.
Keterangan ini dapat di perjelas dari hasil
wawancara pada tanggal 23 juli 2017. Bapak H selaku ketua umat dan beberapa
sumber data ( bapak Ac, bapak In, bapak Lo, bapak Ki, bapak Ji, bapak As, bapak
Ms, bapak Ra, ibu M, ibu S, saudara T, saudara A, saudari M, saudari P ) mereka
mengatakan bahwa katekis kurang menguasai bacaan injil yang telah dibacakan dan
hanya terpokus pada buku ruah.
f.
Tidak
percaya diri
Menurut pengamatan penulis pada tanggal 23
juli 2017 di Stasi Santa Agatha Radak, katekis tidak percaya diri keterangan
ini dapat di perjelas dari hasil wawancara dengan bapak In beliau mengatakan
bahwa katekis tidak percaya diri. Sebagai katekis pastinya mempunyai semangat
yang khas dalam pelayanan atau dalam liturgi dan kegiatan Gereja lainnya,
mempunyai ide-ide yang cemerlang, mempunyai rasa percaya diri untuk tampil
didepan umat lainnya.
Namun
semangat yang diharapkan itu tidak terjadi di Stasi Santa Agatha Radak Paroki
Santa Theresia Delta Kapuas. Setiap kali katekis ambil bagian tugas dalam
ibadat sabda katekis dengan keadaan tidak siap alasan malu atau tidak percaya
diri jika harus tampil di depan umat yang lainnya.
Keterangan tersebut diperjelas dengan hasil
wawancara penulis dengan bapak H selaku ketua umat dan beberapa sumber data (
bapak Ac, bapak In, bapak Lo, bapak Ki, bapak Ji, bapak As, bapak Ms, bapak Ra,
ibu A, ibu M, ibu S, saudara T, saudara A , saudari M, saudari P ) pada tanggal
23 juli 2017, mereka mengatakan bahwa katekis tidak percaya diri dan malu jika
tampil di depan umat lainnya. Walaupun umatnya terhitung sangat sedikit,
katekis tetap saja tidak percaya diri dan malu.
g.
Katekis
belum memiliki program kerja
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 23
juli 2017, Bapak A mengatakan bahwa katekis tidak pernah membuat program kerja
sehingga kebingungan dalam melaksanakan tugasnya. Berdasarkan hasil observasi
penulis, selama penelitian 23 Juli
sampai 23 Agustus tahun 2017 di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia
Delta Kapuas, penulis melihat katekis tidak pernah membuat program kerja.
Hal semacam ini sangat disayangkan karena
pelayanan dan pembinaan umat kurang diterapkan. Umat tanpa katekis tidak bisa
berjalan sendiri, maka dari itu peran seorang pemimpin sungguh teramat penting
dalam perkembangan dan kemajuan umat setempat karena dengan adanya seorang
katekis umat bisa terarah dengan baik.
h.
Kurang
pengetahuan dan pemahaman
Hasil wawancara dengan bapak H pada 24 juli
2017, beliau mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan itu membuat tidak
terlaksananya pelatihan kepada katekis. Kurang
pengetahuan dan pemahaman dari seorang katekis itu membuat katekis tidak ambil
peran dalam tugasnya, karena seorang katekis harus memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang luas supaya bisa memberikan pelatihan kepada katekis.
i.
Kurang
dukungan dari umat
Hasil wawancara dengan bapak H pada 23 juli
2017, beliau mengatakan bahwa adanya dukungan dari umat bisa membuat dirinya
termotivasi dan bisa memberikan suatu pelatihan kepada katekis. Tanpa dukungan dari umat di Stasi Santa
Agatha Radak, katekis tidak bisa memberikan suatu pelatihan kepada katekis,
karena adanya dukungan dari umat membuat katekis merasa ada yang memberikan
suatu motivasi dan dorongan.
j.
Faktor
ekonomi
Hasil wawancara dengan bapak H pada 24 juli
2017, beliau mengatakan bahwa katekis pernah membantu tetapi tidak di setiap
saat karena faktor ekonomi sehingga menyebabkan tidak setiap saat membantu
orang yang miskin. Yang menjadi faktor penghambat seorang katekis dalam
membantu orang-orang yang miskin dan bekerja untuk pembangunan manusia dan keadilan
itu adalah faktor ekonomi.
k.
Keiklasan
hati
Hasil wawancara dengan bapak H pada 24 jui
2017, beliau mengatakan apabila kita ingin membantu orang yang miskin itu
dengan hati yang iklas tanpa ada rasa keterpaksaan dalam diri kita. Ketika
membantu orang-orang yang miskin dan bekerja untuk pembangunan manusia dan
keadilan harus dengan hati yang iklas tanpa ada keterpaksaan dalam hati kita.
3.
Peranan
Katekis dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda Hari Minggu di
Stasi Santa Agatha Radak
Berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa peranan katekis dalam
meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda yaitu:
a. Kunjungan dari rumah kerumah
Katekis yang ada pada saat ini telah
melakukan kunjungan dari rumah kerumah umat., keterangan ini dapat di perjelas
lagi dari hasil wawancara dengan bapak A pada tanggal 25 juli 2017. Bapak A mengatakan bahwa katekis yang ada pada saat
ini telah melakukan kunjungan dari rumah kerumah umat. Dengan demikian katekis dapat
mengetahui permasalahan apa saja yang sedang dihadapi oleh umat dan mengetahui
hal-hal apa saja yang sedang dibutuhkan oleh umat.
Karena sebagai katekis harus mampu menjadi
pemimpin umat yang peka terhadap kebutuhan Rohani umat setempat. Selalu
mendorong dan memberi motivasi kepada umat untuk ikut aktif dan berpartisipasi
dalam berbagai kegiatan menggereja.
b.
Jadwal
Ibadat Hari Minggu dijalankan dengan konsisten
Penulis menemukan adanya jadwal ibadat sabda pada
setiap hari minggu, keterangan ini dapat di perjelas lagi dari hasil wawancara dengan
bapak M pada tanggal 25 juli 2017. Bapak M mengatakan adanya jadwal ibadat pada
setiap hari minggu, katekis yang ada pada saat ini sudah cukup konsisten dalam menjalankan
jadwal Ibadat Sabda Hari Minggu.
Hal inimembantu umat untuk mempersiapkan diri
berdoa kepada Tuhan Yesus Kristus,dan supaya terbiasa dengan jadwal yang telah
ditentukan sehingga tidak ada lagi yang bekerja dan bersantai-santai dirumah. Hal ini berarti bahwa katekis memiliki peranan penting
bagi kehidupan Gereja salah satunya ialah sebagai generasi penerus pewartaan
Injil.
c.
Meningkatkan
kualitas renungan/kotbah
Berdasarkan hasil pengamatan penulis saat
penelitian kualitas khotbah masih rendah, keterangan ini dapat di perjelas lagi
dari hasil wawancara dengan bapak L pada tanggal 26 juli 2017, bapak L
mengatakan bahwa kualitas renungan masih rendah, padahal kualitas renungan yang
lebih kontekstual mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kehidupan umat, umat katolik sangat memperhatikannya dan menghargai bila
khotbah tidak menyentuh hati umat katolik akan mengatakan khotbah itu monoton.
Tetapi bila khotbah itu menarik, umat
tak segan-segan mendiskusikannya setelah
ibadat sabda hari minggu usai, bahkan memberitakannya dengan versinya sendiri kepada
orang lain.Boleh dikatakan khotbah adalah
unsur utama yang membentuk teologi warga umat katolik, Khotbah yang disampaikan
menarik akan tertanam dalam hati umat dan dijadikan sikap/referensi bersikap
dan bertindak.Pelayan yang mampu berkhotbah secara menarik, dalam arti mahir
dalam mengaplikasikan Ayat-Ayat Alkitab ke dalam kehidupan sehari-hari, akan
mudah mendapat simpati dan umat katolik akan senang hati mengikutinya sebagai
gembala.
Pengkhotbah yang bijak mesti memahami maksud
dan pemikiran, umat beriman berbeda-beda latar belakang dan pemikirannya. Tidak
semua sama rata tentu sangat berbeda umat yang hidup di daerah perkotaan dengan
di pedesaan,berbeda jemaat yang sehari-harinya bekerja di ladang dengan
mahasiswa STFT yang pergulatan harian mereka di lingkup filsafat dan teologi,
sesuatu menjadi menarik manakala bahan yang diperbincangkan (dikhotbahkan)
sesuai dengan latar belakang kita .
Teologi yang sangat abstrak dan pola pikir
filsafat yang rumit mungkin amat digemari para mahasiswa tadi. Untuk jemaat
sederhana, pembicaraan khotbah mengenai hidup konkret mereka tentu lebih mudah
kena dan dimengerti dan kita tahu yang penting pesan khotbah sampai. Kalau
untuk mahasiswa dengan bahasa yang tinggi maka untuk jemaat sederhana dengan
bahasa yang sederhana pula.
d.
Bersikap
rendah hati dan sederhana
Berdasarkan temuan penulis , katekis yang ada
pada saat ini sudah cukup rendah hati keterangan ini dapat di perjelas lagi
dari hasil wawancara dengan bapak Y pada tanggal 26 juli 2017. Bapak Y
mengatakan bahwa seorang katekis yang ada pada saat ini sudah cukup rendah hati
dan sederhana terhadap umat, mau terlibat dengan kegiatan dan kehidupan
lingkungan karena ia merupakan anggota atau bagian dari umat beriman katolik
dilingkungannya.
Dalam mewartakan kabar gembira, katekis
jangan mempunyai kecenderungan bersikap arogan, sombong, sok tahu, sok pintar,
dan mudah meremehkan yang lain.Sangatlah baik dan terpuji kalau ia mampu
bersikap dan bersemangat sederhana dan rendah hati sehingga ia tidak mewartakan
dan menampilkan dirinya sendiri, tetapi yang diwartakan dan ditampilkan adalah
pribadi Yesus Kristus.
e.
Rela
berkorban
Berdasarkan pengamatan penulis, katekis yang
ada pada saat ini sudah cukup rela berkorban keterangan ini dapat diperjelas
lagi dari hasil wawancara dengan bapak A pada tanggal 28 juli 2017. Bapak A
mengatakan bahwa seorang katekis yang ada pada saat ini sudah cukup rela
berkorban, seorang katekis diharapkan mampu mengembangkan sikap dan kepentingan
sesama. Rela berkorban ini mencakup banyak hal, misalnya waktu, tenaga,
pikiran, harta, kepentingan pribadi, dan keluarga.
Pengorbanan ini hendaknya didasarkan pada
kesungguhan hati dan ketulusan hati, tanpa pamrih apapun. Jadi apabila engkau
memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan
orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya mereka dipuji
orang. Aku berkata kepadamu: sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi
jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat
tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi ( Mat
6:2-4 ). Disini ia mampu menunjukan sikap dan semangat mencintai tugas
perutusannya dalam segala situasi.
f.
Terbuka
pada karya Roh Kudus
Katekis yang ada pada saat ini sudah cukup
terbuka pada karya Roh Kudus keterangan ini dapat di perjelas lagi dari hasil
wawancara dengan ibu I pada tanggal 28 juli 2017. Ibu I mengatakan bahwa
katekis yang ada pada saat ini sudah cukup baik dalam keterbukaan pada karya
Roh Kudus, dalam mewartakan kabar gembira katekis diharapkan menyadari
sepenuhnya bahwa dasar pertama dan utama kegiatan ini adalah roh kudus.
Dia hadir dan berkarya tidak hanya pada diri
katekis itu sendiri, tetapi juga dalam diri para pendengar yang hadir. Roh
kuduslah yang sekarang ini persis seperti pada awal gereja, bertindak di dalam
setiap penginjil yang membiarkan dirinya dikuasai dan dipimpin oleh dia. Roh
kudus meletakan dalam bibirnya kata-kata, yang orang itu tidak dapat
menemukannya sendiri, dan sekaligus Roh Kudus menyiapkan jiwa pendengar untuk
terbuka dan siap menerima kabar baik dan kerajaan yang sedang diwartakan (Evangelii Nuntiandi75).
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
diuraikan pada bab empat maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Kegiatan
yang sudah dilakukan untuk meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda
a.
Memimpin
Doa dalam kelompok terutama pada liturgi hari minggu ketika tidak ada imam,
mendoakan orang sakit dan memimpin upacara penguburan .
Katekis pernah memimpin doa dalam kelompok terutama pada liturgi hari
minggu ketika tidak ada imam.
b.
Membantu
orang yang miskin dan bekerja untuk pembangunan manusia dan keadilan.
Katekis
sudah melaksanakan tugasnya yaitu membantu orang yang miskin dan bekerja untuk
pembangunan manusia dan keadilan.
2.
Faktor
penghambat katekis dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda Hari
Minggu di Stasi Santa Agatha Radak
a.
Katekis
tidak menyadari panggilan
Hasil wawancara dengan bapak I pada 22 juli 2017 katekis tidak menyadari
panggilan, sehingga tidak mengajar orang-orang katolik.
b.
Kesibukan
pribadi
Hasil wawancara dengan bapak D 22
juli 2017, beliau mengatakan bahwa katekis tidak pernah mengajar orang-orang
katolik karena sibuk dengan pekerjaan pribadi, sehingga katekis tidak
melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pewarta Injil serta tidak bisa membagi
waktu untuk mengajar orang-orang katolik.
c.
Kurang
kesadaran tentang perannya
Hasil wawancara dengan bapak Ac 23 juli 2017, katekis kurang kesadaran
tentang perannya sehingga tidak pernah memberikan Katekese kepada umat Katolik.
d.
Kurang
pembinaan dan pendampingan bagi Katekis
Hasil wawancara dengan bapak H pada 23 juli 2017 beliau mengatakan bahwa
Kurangnya pembinaan dan pemahaman bagi Katekis ini menjadi faktor untuk
memberikan Katekese kepada umat.
e.
Kurang
mempersiapkan diri
Menurut pengamatan pada tanggal 23 juli 2017 di Stasi Santa Agatha
Radak, katekis kurang mempersiapkan diri dalam membawakan renungan padahal
dalam membawa renungan itu sangat penting dan sangat berpengaruh bagi umat
katolik, karena apa yang ia bacakan dan sampaikan itu adalah firman Tuhan yang
tidak untuk di main-mainkan.
f.
Tidak
percaya diri
Menurut pengamatan penulis pada tanggal 23 juli 2017 di Stasi Santa
Agatha Radak, katekis tidak percaya diri keterangan ini dapat di perjelas dari
hasil wawancara dengan bapak In beliau mengatakan bahwa katekis tidak percaya
diri dan malu.
g.
Katekis
belum memiliki program kerja
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 23 juli 2017, Bapak A
mengatakan bahwa katekis tidak pernah membuat program kerja sehingga
kebingungan dalam melaksanakan tugasnya.
h.
Kurang
pengetahuan dan pemahaman
Hasil wawancara dengan bapak H pada 24 juli 2017, beliau mengatakan
bahwa kurangnya pengetahuan itu membuat tidak terlaksananya pelatihan kepada
katekis. Kurang pengetahuan dan
pemahaman dari seorang katekis itu membuat katekis tidak ambil peran dalam
tugasnya.
i.
Kurang
dukungan dari umat
Hasil wawancara dengan bapak H pada 23 juli 2017, beliau mengatakan
bahwa adanya dukungan dari umat bisa membuat dirinya termotivasi dan bisa
memberikan suatu pelatihan kepada katekis.
j.
Faktor
ekonomi
Hasil wawancara dengan bapak H pada 24 juli 2017, beliau mengatakan
bahwa katekis pernah membantu tetapi tidak di setiap saat karena faktor ekonomi
sehingga menyebabkan tidak setiap saat membantu orang yang miskin.
k.
Keiklasan
hati
Hasil wawancara dengan bapak H pada 24 jui 2017, beliau mengatakan
apabila kita ingin membantu orang yang miskin itu dengan hati yang iklas tanpa
ada rasa keterpaksaan dalam diri kita.
3. Peranan Katekis dalam meningkatkan
partisipasi umat dalam Ibadat Sabda Hari Minggu di Stasi Santa Agatha Radak Berdasarkan
hasil penelitian penulis bahwa peranan katekis dalam meningkatkan partisipasi
umat dalam Ibadat Sabda yaitu:
a.
Kunjungan dari rumah kerumah
Katekis
yang ada pada saat ini telah melakukan kunjungan dari rumah kerumah, keterangan
ini dapat di perjelas lagi dari hasil wawancara dengan bapak A pada tanggal 25
juli 2017. Bapak A mengatakan bahwa
katekis yang ada pada saat ini telah melakukan kunjungan dari rumah kerumah
umat. Dengan demikian katekis dapat mengetahui permasalahan apa saja yang
sedang dihadapi oleh umat dan mengetahui hal-hal apa saja yang sedang dibutuhkan
oleh umat.
b. Jadwal Ibadat Hari Minggu dijalankan dengan
konsisten Penulis menemukan adanya jadwal ibadat pada setiap hari minggu,
keterangan ini dapat di perjelas lagi dari hasil wawancara dengan bapak M pada
tanggal 25 juli 2017. Bapak M mengatakan adanya jadwal ibadat pada setiap hari
minggu, katekis yang ada pada saat ini sudah cukup konsisten dalam menjalankan
jadwal Ibadat Sabda Hari Minggu. Hal inimembantu umat untuk mempersiapkan diri
berdoa kepada Tuhan Yesus Kristus,dan supaya terbiasa dengan jadwal yang telah
ditentukan sehingga tidak ada lagi yang bekerja dan bersantai-santai dirumah.
c. Meningkatkan kualitas renungan/kotbah
Berdasarkan
hasil pengamatan penulis saat penelitian kualitas khotbah masih rendah,
keterangan ini dapat di perjelas lagi dari hasil wawancara dengan bapak L pada
tanggal 26 juli 2017, bapak L mengatakan bahwa kualitas renungan masih rendah,
padahal kualitas renungan yang lebih kontekstual mempunyai peranan yang sangat
penting dalam kehidupan umat, umat katolik sangat memperhatikan nya dan
menghargai bila khotbah tidak menyentuh hati umat katolik akan mengatakan khotbah itu monoton.
d. Bersikap rendah hati dan sederhana
Berdasarkan
temuan penulis , katekis yang ada pada saat ini sudah cukup rendah hati
keterangan ini dapat di perjelas lagi dari hasil wawancara dengan bapak Y pada
tanggal 26 juli 2017. Bapak Y mengatakan bahwa seorang katekis yang ada pada saat
ini sudah cukup rendah hati dan sederhana terhadap umat, mau terlibat dengan
kegiatan dan kehidupan lingkungan karena ia merupakan anggota atau bagian dari
umat beriman katolik dilingkungannya.
e. Rela berkorban
Berdasarkan
pengamatan penulis, katekis yang ada pada saat ini sudah cukup rela berkorban
keterangan ini dapat diperjelas lagi dari hasil wawancara dengan bapak A pada
tanggal 28 juli 2017. Bapak A mengatakan bahwa seorang katekis yang ada pada
saat ini sudah cukup rela berkorban, seorang katekis diharapkan mampu
mengembangkan sikap dan kepentingan sesama. Rela berkorban ini mencakup banyak
hal, misalnya waktu, tenaga, pikiran, harta, kepentingan pribadi, dan keluarga.
Pengorbanan ini hendaknya didasarkan pada kesungguhan hati dan ketulusan hati,
tanpa pamrih apapun.
f. Terbuka pada karya Roh Kudus
Katekis
yang ada pada saat ini sudah cukup terbuka pada karya Roh Kudus keterangan ini
dapat di perjelas lagi dari hasil wawancara dengan ibu I pada tanggal 28 juli
2017. Ibu I mengatakan bahwa katekis yang ada pada saat ini sudah cukup baik
dalam keterbukaan pada karya Roh Kudus, dalam mewartakan kabar gembira katekis
diharapkan menyadari sepenuhnya bahwa dasar pertama dan utama kegiatan ini
adalah roh kudus. Dia hadir dan berkarya tidak hanya pada diri katekis itu
sendiri, tetapi juga dalam diri para pendengar yang hadir.
B.
Saran
Berdasarkan
kesimpulan diatas maka penulis menyampaikan beberapa saran demi kemajuan
katekis di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas
Keuskupan Agung Pontianak.
1.
Kepada katekis di Stasi Santa Agatha
Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.
Katekis di Stasi Santa Agatha Radak Paroki
Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak hendaknya mau berperan
dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda Hari Minggu seperti
dalam kehadiran, dalam bertugas sebagai dirigen, anggota koor, lektor,
pemazmur, pembawa doa umat, dan kolektean.
2.
Kepada umat di Stasi Santa Agatha Radak
Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.
Bagi umat katolik di Stasi Santa Agatha
Radak diharapkan supaya mau ikut berpartisipasi dalam Ibadat Sabda Hari Minggu
demi masa depan Gereja.
3.
Pastor Paroki
Pastor Paroki hendaknya membekali katekis
di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung
Pontianak dengan pengetahuan tentang peranan katekis yang ideal, membimbing dan
mendampingi katekis dengan penuh kesabaran, memberikan motivasi dan masukan
untuk kemajuan katekis di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta
Kapuas Keuskupan Agung Pontianak
DAFTAR
PUSTAKA
Alkitab Deuterokanonika. 2005. Jakarta:
Lembaga Alkitab Indonesia.
Budiyanto,
Hendro. 2011. Menjadi Katekis Volunter.
Yogyakarta: Kanisius
Bagiyowinadi,
Didik. 2012. Identitas dan Spritualitas
Katekis. Yogyakarta; Yayasan Pustaka Nusantara
Donatianus. 2012.
Metodologi Riset dan Penulisan Karya
Ilmiah. Pontianak: STAIN Pontianak Press.
Dokumen Konsili Vatikan II. 1993. Jakarta:
Obor, Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI`
Evangelii
Nuntiandi. 1975. Jakarta. Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI
Indra
Sanjaya. 2011. Belajar dari Yesus Sang
Katekis. Yogyakarta: Kanisius
Jansen.
1998. Pastoral Umat I . Malang:
Institut Pastoral Indonesia
Jauhari, Heri.
2010.Panduan Penulisan Skripsi Teori dan
Aplikasi. Bandung: CV Pustaka Setia
Komkat
KWI.1993.Pedoman Untuk Katekis. Yogyakarta:
Kanisius
Maryanto,
Ernes. 2014. Kamus liturgy sederhana.
Yogyakarta: Kanisius
Mangunhardjana,
A.M. 2013. Prodiakon Jati Diri, Wewenang
dan Tugasnya. Jakarta: Obor
Martasudjita.
2007. Seputar Ibadat Sabda.
Yogyakarta: Kanisius
Moleong, J. Lexy.
2012. Metodologi Penelitian Deskriptip
Kualitatif. Jakarta: Refrensi ( GP Pres Grup )
Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif
Kualitatif. Jakarta : Refrensi ( GP Press Grup )
Nawawi, Hadari.
1987. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: PT Rajawali Gravindo persada.
Prasetya. L. 2010.
Menjadi Pengurus Lingkungan Enjoy Aja.
Yogyakarta: Kanisius
Satori, Djam’an
dan Aan Komariah. 2009. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Singarimbun,
Effendi. 1984.Metode Penelitian Survey.
Jakarta: LPSE, anggota IKAPI
Sugiyono.
2009. Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A.
Identitas
Pribadi
1.
Nama
Lengkap :
Ebandro
2.
Jenis
Kelamin :
Laki-laki
3.
Tempat
/ Tanggal Lahir : Nanga
Ora, 30 Desember 1995
4.
Nama
Orang Tua :
:
5.
Tahun
Terdaftar pertama di STAKat Negeri Pontianak :
Juli 2013
6.
Tahun
meninggalkan STAKat Negeri Pontianak
B.
Riwayat
Pendidikan
1.
Sekolah
Dasar Negeri 07 Nanga Ora, Kecamatan Sokan Kabupaten Melawi
2.
SMP
Negeri 03 Sokan Kabupaten Melawi
3.
SMK N
01 Tanah Pinoh Kota Baru Kabupaten Melawi
4.
Mahasiswa
STAKat Negeri Pontianak, Program Pendidikan Guru Agama Katolik.
Lampiran
1
Pedoman Observasi
NO.
|
Indikator
|
Keterangan
|
||
Kurang
|
Cukup
Baik
|
Baik
|
||
1.
|
Kehadiran
Umat Katolik dalam Ibadat Sabda Hari Minggu
|
|||
2.
|
Partisifasi
Umat Katolik menjadi petugas dalam Ibadat Sabda Hari Minggu
|
|||
a.
Pemimpin
Ibadat
|
||||
b.
Lektor
|
||||
c.
Dirigen
|
||||
d.
Organis
|
||||
e.
Anggota
Koor
|
||||
f.
Pemazmur
|
||||
g.
Pembawa
Doa Umat
|
||||
h.
Kolektean
|
Keterangan
1.
Kehadiran
Umat Katolik dalam Ibadat Sabda Hari Minggu
a.
Kurang :Tidak hadir pada Ibadat Sabda
Hari Minggu
b.
Cukup
baik : Hadir tetapi tidak mau ambil
bagian dalam tugas
yang telah
ditentukan
c. Baik :
Hadir dan ikut menunaikan tugas dengan seutuhnya
2.
Partisipasi
Umat Katolik menjadi petugas dalam Ibadat Sabda Hari Minggu
a.
Kurang : Tidak mau menjadi petugas
Ibadat Sabda Hari
Minggu
b.
Cukup
baik : Mau berpartisipasi
tetapi tidak melaksanakan
tugasnya
dengan hati yang iklas
c.
Baik : Mau berpartisipasi dan
bersemangat dalam
menjalankan
tugasnya.
Pedoman Wawancara
Untuk
ketua Stasi Di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas
Keuskupan Agung Pontianak
a.
Partisipasi
Umat Katolik dalam Ibadat Sabda Hari Minggu di Stasi Santa Agatha Radak Paroki
Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.
1)
Apakah
umat katolik selalu hadir dalam Ibadat Sabda Hari Minggu dan mengikuti Ibadat
Sabda Hari Minggu dengan penuh hikmat mengapa ?
2)
Bagaimana
Fartisipasi Umat Katolik menjadi petugas dalam ibadat sabda hari minggu seperti
lector,pemazmur,petugas kolekte dan koor ?
b.
Faktor
penyebab partisipasi umat katolik tidak mau berpartisipasi dan menjadi petugas
dalam ibadat sabda hari minggu di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa
Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.
1)
Apakah
umat katolik pernah terlibat sebagai petugas dalam ibadat sabda hari minggu ?
2)
Apa
yang menyebabkan umat katolik tidak hadir dan tidak berpartisipasi secara aktif
dalam ibadat sabda hari minggu ?
3)
Apakah
umat katolik sebagai umat katolik yang selalu mempersiapkan diri secara matang
untuk menjadi lector,bersikap hormat saat menjadi petugas kolekte, dan memiliki
kemampuan menguasai not dalam koor dan menjadi pemazmur ?
c.
Meningkatkan
partisipasi umat katolik dalam ibadat sabda hari minggu
1)
Bagaimana
cara meningkatkan partisipasi umat katolik dalam ibadat sabda hari minggu?
2)
Apakah
bapak pernah mengadakan kunjungan keluarga ke rumah umat ?
3)
Apakah
bapak pernah membuat Jadwal ibadat sabda hari minggu dijalankan dengan
konsisten ?
Lampiran 3
Pedoman wawancara
untuk umat
Untuk umat katolik di Stasi Santa Agatha
Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak
a.
Partisipasi
Umat Katolik dalam ibadat sabda hari minggu di Stasi Santa Agatha Radak Paroki
Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak
1). Apakah umat katolik selalu hadirdalam
ibadat sabda hari minggu dan mengikuti ibadat sabda hari minggu dengan penuh
hikmat mengapa ?
2). Bagaimana Keterlibatan umat katolik
menjadi petugas dalam ibadat sabda hari minggu seperti lector,pemazmur,petugas
kolekte dan koor ?
b.
Factor
penyebab partisipasi umat katolik tidak mau menjadi petugas dalam ibadat sabda
hari minggu di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas
Keuskupan Agung Pontianak
1). Apakah umat katolik pernah terlibat
sebagai petugas dalam ibadat sabda hari minggu ?
2). Apa yang menyebabkan umat katolik tidak
hadir dan tidak terlibat secara aktif dalam ibadat sabda hari minggu ?
3). Apakah umat katolik sebagai umat katolik
selalu mempersiapkan diri secara matang untuk menjadi lector,bersikap hormat
saat menjadi petugas kolekte, dan memiliki kemampuan menguasai not dalam koor
dan menjadi pemazmur ?
c.
Bagaimana
cara mengaktifkan umat katolik dalam mengikuti ibadat sabda hari minggu ?
1)
Apakah
katekis pernah mengadakan kunjungan keluarga ke rumah umat?
2)
Apakah
katekis pernah membuat Jadwal ibadat sabda hari minggu dijalankan dengan
konsisten ?
3)
Bagaimana
cara meningkatkan partisipasi umat katolik dalam ibadat sabda hari minggu ?
Comments
Post a Comment