Peranan Katekis

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Penelitian
Stasi Santa Agatha Radak merupakan Stasi yang berada di Paroki Santa Theresia Delta Kapuas dan di bawah wilayah Keuskupan Agung Pontianak. Secara umum kehidupan menggereja umat di Stasi Santa Agatha Radak ini dirasakan masih kurang dalam penghayatan imannyan terutama pada saat diperlukan partisipasinya untuk datang ke gereja, bertugas pada hari minggu dan pada hari raya lainnya. Pada saat inilah terkadang susah sekali untuk mencari pemimpin ibadat ataupun untuk para petugas ibadat, seperti: pemimpin ibadat, lektor, dirigen (pemimpin lagu), serta petugas yang lainnya dan bahkan untuk pemain musik, mengiringi lagu-lagu ibadat saja sangat sulit mencarinya. Sering terjadi ketika giliran bapak-bapak yang bertugas, alasan sederhana dan masuk akal seperti mata sudah tidak bisa melihat tulisan kecil atau yang muda masih ada seringkali terdengar.
Kurangnya motivasi dan pemahaman dari katekis sehinggga menyebabkan kurangnya keterlibatan umat dalam ibadat sabda hari minggu. Peranan katekis sangat penting bagi pertumbuhan iman umat, karena katekis memiliki tugas untuk mewartakan Sabda Allah atau Kabar Gembira kepada sesama manusia. Keberadaan dan jati diri katekis tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangan Gereja Katolik, keterlibatan katekis dalam tugas-tugasnya hendaknya dapat dilakukan dengan penuh tanggung jawab secara maksimal dan disertai usahanya untuk memupuk aneka keutamaan hidup. “Oleh karena itu janganlah mereka berhenti memupuk dengan tekun sifat-sifat dan keutamaan-keutamaan sesuai dengan keadaan-keadaan itu yang telah mereka terima, dan mengamalkan kurnia-kurnia yang telah mereka terima dari Roh Kudus” (Apostolicam Actuositatem 4).
Didalam kehidupan gereja, para katekis adalah mereka yang sebenarnya berhadapan dengan langsung dengan jemaat beriman dengan segala macam problematikanya. Merekalah yang langsung mengajar, merekalah yang langsung mendengar keluhan jemaat, merekalah yang langsung menghadapi pertanyaan-pertanyaan tentang iman, merekalah yang pertama-tama harus mempertahankan iman di tengah-tengah dunia yang sering kali tidak bersahabat, merekalah sebenarnya yang berada di ujung tombak atau di posisi terdepan di dalam Gereja ( Indra Sanjaya,  2011: 11-12 ) Pelayanan Katekis pada pertumbuhan iman umat sangat diharapkan oleh Gereja salah satunya perannya.
Partisipasi umat dalam ibadat sabda sangat dibutuhkan pembinaan, melalui peranan Katekis seperti memberi motivasi dan pemahaman tentang partisipasi umat dalam ibadat sabda hari minggu membuat umat merasa termotivasi dan mau terlibat dalam tugas ibadat sabda hari minggu. Namun peranan katekis terkadang tidak sesuai harapan, katekis tidak memberikan motivasi dan pemahaman kepada umat seperti yang terjadi di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.
Dengan melihat dan mengamati masalah yang dihadapi oleh umat katolik di Stasi Santa Agatha Radak, peneliti berusaha memberikan pemahaman yang luas kepada katekis supaya berperan dalam meningkatkan partisipasi umat ketika mengikuti ibadat sabda hari minggu, rajin beribadah, rajin berdoa, berdevosi dan bergairah menghadiri perayaan ekaristi dan perayaan yang lainnya.

B.     Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang, maka masalah umum penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : bagaimana  peranan katekis meningkatkan partisipasi umat merayakan ibadat sabda hari minggu di Stasi  Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas “ masalah umum dapat diperinci lagi menjadi masalah khusus (pertanyaan penelitian) sebagai berikut
1.    Apa kegiatan katekis yang sudah dilakukan dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda ?
2.    Apa faktor penghambat katekis dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda hari minggu di Stasti Santa Agatha Radak ?
3.    Bagaimana peranan katekis dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda hari minggu di Stasi Santa Agatha Radak ?




C.    Tujuan Penelitian
     Ada pun tujuan penelitian ini, yaitu :
1.    Untuk mendiskripsikan kegiatan katekis yang sudah dilakukan dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda
2.    Untuk mendiskripsikan faktor penghambat katekis dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda hari minggu di Stasi Santa Agatha Radak ?
3.    Untuk mendiskripsikan apa yang harus dilakukan dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda hari minggu di Stasi Santa Agatha Radak ?

D.    Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan terutama di bidang katekese umat kepada umat katolik.
2.    Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk penulis,umat katolik di Stasi Santa Agatha Radak dan Lembaga Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak
a.    Bagi penulis, Hasil penelitian ini di harapkan dapat membantu penulis untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di lapangan khususnya umat katolik di Stasi Santa Agatha Radak, agar dapat  memahami arti katekis dalam hidup sehari-hari dan mampu mengkomunikasikan pengalaman iman mereka kepada sesama.
b.    Bagi masyarakat/Umat Katolik, Khususnya bagi Umat Katolik di Stasi Santa Agatha Radak,supaya dapat menjadi teladan dan contoh bagi orang-orang/ masyarakat di sekitarnya
c.    Bagi Lembaga Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak Skripsi ini dapat di jadikan bahan dan sarana untuk di kaji lebih mendalam serta mampu menolong mahasiswa untuk menentukan arah dan pola pengembangan katekis  yang berkaitan dengan visi dan misi Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak.

E.     Sistematika Penulisan
          Keseluruhan Skripsi ini disajikan dan di uraikan dalam lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I, Pendahuluan. Bab I ini menguraikan tentang latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II, Kajian Pustaka. Bab ini membahas teori-teori atau pandangan seputar peranan Katekis meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda Hari Minggu
Bab III, Metodologi Penelitian. Bab ini membahas mengenai metodologi penelitian yang membantu proses dalam pengumpulan data dan menganalisis data dari penelitian lapangan.
          Bab IV, Pembahasan dan Hasil. Bab ini berisikan uraian dan paparan mengenai gambaran umum Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak, peranan Katekis meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda Hari Minggu di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak, faktor penghambat peranan katekis meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda Hari Minggu di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak, serta peranan katekis dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda Hari Minggu di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.
Bab V, Penutup. Dalam Bab V ini berisikan uraian kesimpulan dari jawaban masalah penelitian, serta saran bagi pihak-pihak yang terkait.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Katekis
Katekis yakni orang yang merasa terpanggil dan memiliki kewajiban memberi pelajaran atau pewartaan, orang yang memiliki pendidikan khusus bidang katekese dan memiliki pengetahuan luas tentang agama lain dan terutama protestanisme, sukarelawan bidang pewartaan, pembantu pastor yang bertugas bidang pewartaan, pekerjaan mingguan/ sampingan dan melaksanakan tugas teknis lapangan( Budiyanto, 2011:36 )
Katekis adalah orang yang atas nama gereja memberikan pelajaran agama, untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik mereka di didik khusus dalam ilmu kateketik. Mereka terutama memberikan katekese kepada calon baptis dan anak-anak di sekolah, tetapi juga memelihara kepentingan-kepentingan religious dari umat setempat. Seringkali mereka mengambil alih tugas-tugas imam, khususnya di Stasi, sejauh tidak memerlukan wewenang khusus imamat jabatan( Maryanto, 2004:96 )
Pengertian katekis dibagi menjadi dua bagian yaitu katekis professional dan katekis lokal ( Jansen, 1998:30-32 )Katekis profesional adalah seseorang yang karena pendidikan yang khusus menjalankan tugas pewartaan dan tugas pastoral diwilayah atau paroki. Berdasarkan pendidikan yang diperoleh itu, mereka menjadi orang yang mempunyai kecakapan atau keahlian khusus dalam katekese atau pastoral, sehingga dengan kemampuan itu mereka dapat membantu pekerjaan pastoral. Mereka memiliki cara yang paling sesuai untuk membina dan meningkatkan penghayatan iman umat.
Selain keahlian yang dimiliki mereka juga dapat pengutusan atau pengangkatan baik dari pemerintahan atau gereja setempat (keuskupan). Semua orang ikut serta dalam pelayanan sabda dibidang katekese perlu mempunyai mutu yang dapat terungkap dalam beberapa ciri atau sikap. Katekis lokal dapat disejajarkan dengan rasul awam yaitu orang yang atas dasar panggilannya dengan sukarela membantu tugas-tugas wilayah, memberikan pelajaran agama dan membantu tugas-tugas pengurus wilayah. Tugas yang dijalankan mereka ini didasarkan pada karisma yang dimilikinya dan bukan karena pendidikan akademis seperti pada katekis profesional.
Tugas mereka terbatas pada wilayah-wilayah tertentu saja (bersikap lokal),walaupun tidak menutup kemungkinan untuk wilayah yang lebih luas. Pendidikan mereka dalam bidang katekese mungkin mereka terima melalui khursus. Mereka mungkin bergerak pada bidang pengajaran agama untuk para katekumen. Pengajaran tersebut mereka jalankan secara sukarela. Katekis lokal tersebut bekerja atas dasar sukarela sebagai rasul awam (Jansen, 1998:33 )
Dalam praktek pada umumnya seseorang disebut katekis karena dia mempunyai pekerjaan yang khas, yaitu mengajar agama walaupun sebenarnya dia juga harus bekerja dibidang pastoral lainnya. Pelayanan katekis mempunyai satu tujuan utama yaitu agar hidup gereja sebagai himpunan umat beriman semakin dewasa dalam penghayatan imannya, sehingga benar-benar gereja merupakan tanda dan sarana persatuan umat Allah dengan Bapa didalam masyarakat.  Pelayanan katekis memang tidak didasarkan atas tahbisan, namun pelayanannya bersifat fungsional, karena tujuan pelayanan satu dan sama yaitu: membangun iman umat.
Kesulitan yang timbul yakni apakah kedudukan katekis sebagai salah satu tugas dalam pelayanan gereja itu termasuk yang dikehendaki oleh Yesus Kristus atau tidak. Apakah pelayanan katekis mendasarkan hirarki tertentu atau mendasarkan suatu kondisi tertentu yang menunjukan perlunya pelayanan katekis secara intensif dan kontiyu. Dalam gereja purba pelayanan katekis pernah muncul, namun kedudukannya dalam gereja tidak begitu jelas. Walaupun demikian kita harus berani mengatakan bahwa di satu pihak pelayanannya sebagai umat Allah memang dikehendaki oleh Yesus Kristus. Karena itu pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus ( Mat 28:19 ). Dan dilain pihak pelayanan katekis tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan umat.
Titik tolak ini seolah-olah merupakan dua hal yang berbeda, yang satu kelihatan bahwa pelayanan katekis berasal dari atas sehingga kalau mungkin pelayanannya dapat atau berbeda dalam struktur gereja. Sedangkan yang kedua kelihatan bahwa pelayanan katekis muncul dari bawah, yaitu bahwa umat memerlukan bimbingan secara terus-menerus dalam memperdalamkan iman mereka. Berdasarkan imamat umum kaum beriman kita tahu bahwa tugas umat Allah seluruhnya untuk mewartakan sabda Allah kepada umat manusia. Tetapi bagi katekis tugas pewartaan itu harus diartikan secara lebih luas ( Mengajar Agama ), melainkan meliputi seluruh bidang pastoral dan usaha peningkatan penghayatan kehidupan religious diwilayah/paroki ( Jansen 1998:34 ).
Katekis berperan menyampaikan secara jelas pesan Kristiani dan menemani para katekumen dan orang-orang Kristen yang baru dibaptis dalam perjalanannya  menuju kedewasaan iman serta kehidupan sacramental yang penuh. Disamping itu, peran katekis adalah hadir dan menjadi saksi, dan terlibat dalam perkembangan manusia,inkulturasi dan dialog. Oleh karena itu, ketika berbicara mengenai para katekis di tanah-tanah misi, Magisterium Gereja menganggapnya sebagai hal yang penting dan memberinya tempat khusus( Komkat KWI, 1993:16 )
Tugas yang dipercayakan kepada katekis meliputi lima peranan yaitu pertama mengajar orang-orang bukan Kristen, kedua memberi katekese kepada para katekumen dan mereka yang sudah di baptis, ketiga memimpin doa dalam kelompok; terutama pada liturgi hari minggu ketika tidak ada imam, mendoakan orang sakit dan memimpin upacara penguburan, keempat memberi pelatihan kepada katekis lima membantu orang yang miskin dan bekerja untuk pembangunan manusia dan keadilan.
Katekis jenis ini lebih umum ditemukan di paroki-paroki yang meliputi suatu wilayah yang luas dengan kelompok-kelompok lingkungan yang tersebar jauh dari pusat paroki, atau karena tidak ada kaum religius, maka pastor-pastor paroki memilih pemimpin-pemimpin kaum awam untuk membantu mereka. Dinamika Gereja-Gereja muda dan situasi sosiokultural mereka melahirkan tugas kerasulan yang lain. Misalnya ada guru agama di sekolah-sekolah, yang mengajar baik murid-murid yang telah dibaptis maupun yang bukan Kristen. Tugas kerasulan seperti ini bisa ditemukan di sekolah-sekolah negeri, dimana Negara mengizinkan adanya pelajaran agama seperti juga di sekolah-sekolah katolik. Ada juga katekis untuk sekolah minggu yang mengajar di sekolah-sekolah minggu yang diselenggarakan oleh paroki, terutama di mana Negara tidak mengizinkan adanya pelajaran agama di sekolah-sekolah.
 Selain itu, di kota-kota besar, terutama di kawasan-kawasan yang cukup miskin, ada rasul-rasul awam yang menjalankan karya-karya mengagumkan di antara kaum papa, para pengungsi,tahanan, dan orang-orang lain yang berkekurangan. Tugas-tugas semacam ini dianggap, sesuai dengan kepekaan dan pengalaman Gereja yang berbeda-beda, sebagai tugas yang cocok untuk katekis atau sebagai bentuk umum pelayanan kaum awam terhadap Gereja dan misinya ( Komkat KWI. 1993:18-19 )
Didik Bagiyowinadi ( 2012 :23-24 ), Mengingat tugas mewartakan injil ini bukanlah perkara mudah, maka di tuntut dari seorang katekis hal-hal berikut ini. Pertama, yakin akan iman yang hendak diwartakannya. Tulis Paulus,  Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani ( Rom 1:16 ) kedua, tuntutan belajar terus-menerus baik materi iman yang akan diajarkan supaya terhindar dari hal yang menyesatkan (Luk 17:1-2) dan makin jelas bagi pendengarnya, maupun metode yang lebih sesuai dengan subjek yang dihadapi.
Tuntutan bagi katekis yang Ketiga, tuntutan menjadi saksi Injil, atas apa yang telah kita wartakan. Tidak cukup bila kita hanya bernubuat dan berkata-kata, sementara perbuatan kita tidak selaras dengan kehendak Tuhan (bdk. Mat 7:22). Kepada Timotius Paulus berpesan. Awasilah dirimu sendiri dan ajaranmu (1 Tim 4:16). Dan Paulus VI menulis, dunia membutuhkan pewarta yang berbicara mengenai Tuhan yang mereka kenal dan akrab dengan mereka, seakan mereka telah melihat yang Tak Kelihatan itu (Evangelii Nuntiandi75). Secara tugas dokumen Pedoman Katekis juga menyebut, sangat disayangkan kalau mereka tidak mempraktekkan apa yang mereka wartakan dan berbicara tentang Tuhan yang secara teoretis mereka tahu baik sekali, tetapi mereka sendiri tidak mempunyai kontak dengan-Nya.
Tuntutan bagi Katekis yang Keempat, tuntutan terbuka kepada Gereja, dimana keterbukaan ini diungkapkan dalam cinta, pengabdian terhadap pelayanannya, dan kesediaan menderita. Gereja mengharapkan katekis-katekis yang memiliki rasa handal, berani dan tanggung jawab mendalam sebagai anggota yang hidup aktif dari Gereja. Secara konkret hal ini tampak dalam kesetiaan mengikuti Misa Mingguan dan partisipasi di lingkungan setempat.
Didik Bagiyowinadi ( 2012: 24-25 ), Selain mesti memenuhi harapan dan tuntutan di atas, seorang katekis akan dihadapkan pada pelbagai tantangan. Pertama dari diri kita sendiri, kita menyadari aneka kelemahan dan kerapuhan kita, ibarat bejana tanah liat, namun syukur pada Allah bahwa kita dipercaya untuk ambil bagian mewartakan Injil. Menyadari kelemahan dan keterbatasan diri, kiranya kita patut bersyukur bila dipercaya mengemban tugas luhur ini. Dan di sinilah kita boleh berharap akan kekuatan dan bantuan Allah, tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami ( 2 Kor 4:7 ).
Kedua, kita akan dihadapkan pada aneka kondisi tanah batin pendengar yang berbeda-beda, tidak selalu tanah yang baik ( lih. Mat 13:1-23 ). Dibutuhkan kesabaran dan ketekunan, dilain pihak kita mesti mengimani bahwa para pendengar itu adalah kawanan domba milik Kristus sendiri yang mesti diberi santapan firman dan digembalakan. Cinta akan Kristus memotivasi kita untuk menunaikan tanggung jawab ini ( bdk. Yoh 21:15-17 ).
Ketiga, medan pewartaan yang kita hadapi tidak selalu mudah, sebab dalam pewartaan Injil ini kita tidak memilih sendiri. Kawanan domba yang gemuk, tetapi bersama yang lain kita mau peduli pada kawanan yang dipercayakan kepada kita. Terkadang kita sungguh dituntut berkorban, dihadapkan pada aneka kesulitan dan penganiayaan, kendati mungkin tidak seberat yang dia alami oleh St. Paulus ( lih. 2 Kor 11:23-28 ). Sebagai katekis kita tidak ingin seperti benih yang jatuh di tanah yang berbatu, yang cepat layu karena penindasan dan penganiayaan ( Mat 13:20-21 ), semoga penderitaan itu justru mematangkan iman kita ( bdk. 2 Tim 3:10-13 ).
Tugas menjadi katekis mengandaikan diberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan ( bdk. 1 Kor 12:8 ). Karunia ini dianugerahkan sesuai dengan kehendak Tuhan sendiri ( 1 Kor 12:11 ) dengan maksud untuk kepentingan bersama ( 1 Kor 12:7 ) dan untuk membangun jemaat ( 1 Kor 14:12 ).  Jadi tidak  ada alasan menjadi sombong atau memegahkan jasa pengabdian. Tugas mewartakan injil berarti mewartakan Kristus bukan mewartakan diri sendiri. Maka semangat kerendahan hati St. Yohanes Pemandi perlu diresapkan, ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil ( Yoh 3:30 ).
Sebagai katekis juga akan berhadapan dengan kesulitan. Bahkan barangkali juga tidak ada jaminan bahwa akan terbebas dari penyakit. Akhirnya menyadari bahwa umat Allah bersama-sama ambil bagian dalam pewartaan kerajaan Allah. Dalam hal ini jabatan, pengurus hendaknya pertama-tama dilihat sebagai tanggung jawab pelayanan dan pemberdayaan, bukan sekedar status apalagi untuk menguasai ( Bogiyowinadi 2012:26 ).
Dimensi pastoral dari pembinaan dan pendidikan menyangkut latihan yang berkaitan dengan fungsi kenabian, imamat, dan rajawi dari kaum awam yang telah dibaptis. Oleh karena itu para katekis harus diajari bagaimana memimpin orang lain dalam komunitas dan doa liturgis, dan bagaimana menjalani berbagai pelayanan pastoral lainnya. Kualitas yang perlu dikembangkan untuk tugas  ini adalah semangat tanggung jawab pastoral dan kepemimpinan, sikap murah hati, dinamis dan kreatif, persekutuan gerejawi dan ketaatan kepada pastor.
Porsi teoritis dari pastoral akan berkaitan dengan macam-macam karya pastoral yang akan dijalani dan juga berkaitan dengan bermacam-macam karya pastoral yang akan dijalani yaitu: anak-anak, remaja, kaum muda atau orang dewasa, mahasiswa atau pekerja. Orang yang telah dibaptis atau belum, orang yang sehat atau sakit, kaya atau miskin, individu atau anggota gerakan atau kelompok khusus dan sebagainya. Sakramen-sakramen akan mendapat perhatian khusus, sehingga para katekis akan belajar bagaimana membantu umat dalam mengalami makna religius, tanda-tanda ini dan dalam mendekati sakramen-sakramen dengan iman akan keampuhan adikodratinya.
Didik Bagiyowinadi ( 2012:39-40 ), Sebagai pewarta injil, St. Paulus juga mengalami suka dan duka, salah satu kesukaan dan kebanggaannya adalah bila umat yang dia layani akhirnya bertumbuh kembang dalam iman dan dia bersyukur atas umat di Tesalonika karena imanmu makin bertambah dan kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara kamu, sehingga dalam jemaat-jemaat Allah kami sendiri bermegah tentang kamu karena ketabahanmu dan imanmu dalam segala penganiayaan dan penindasan yang kamu derita (2 Tes 1:3-4).
Sementara untuk menjalankan tugas pewartaan Injil, Paulus mesti menghadapi aneka tantangan dan kesulitan (lih. 2 Kor 11:23-28). Dan tugas pelayanannya itu, Paulus dibantu oleh umat. Jemaat-jemat di Makedonia dipujinya, dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang Kudus (2 Kor 8:4). Bila jemaat di Makedonia menyumbangkan sebagian dari milik mereka untuk mendukung pewartaan Paulus, kita pun sebagai katekis awam patut bersyukur diperkenankan ambil bagian untuk mewartakan Injil dengan kata-kata (Apostolicam Actuositatem 6) dan membantu tugas pelayanan hirarki untuk mewartakan Injil (Apostolicam Actuositatem24).

B.     Ibadat Sabda
Ibadat Sabda adalah perayaan iman akan Allah yang bersabda dan Sabda yang diucapkan-Nya itu membawa dampak yang dituju. Dengan merayakan Sabda Allah, kita juga akan mendapatkan dampak baiknya bagi diri dan hidup kita. Dalam Ibadat Sabda, Allah bersabda ketika Kitab Suci dibacakan. Ketika Sabda-Nya dirayakan, Allah melaksanakan karya-Nya.Dalam Ibadat Sabda kita mendengarkan Allah yang bersabda dan kita, umat menanggapinya dengan mengamini,menerima dampak serta hasilnya,bersyukur (Mangunhardjana, 2013: 89 )
Menurut Mariyanto ( 2004 : 74 ), Ibadat Sabda adalah ibadat yang dipusatkan pada pewartaan dan permenungan sabda Allah. Konsili Vatikan II menegaskan bahwa kalau umat berkumpul pada hari Minggu dan di situ tidak ada imam yang hadir sebaiknya diadakan Ibadat Sabda yang dipimpin oleh seorang diakon atau awam yang ditugaskan oleh uskup untuk itu. Ibadat Sabda sangat bernilai bagi kaum beriman. Di  tengah jemaat yang berkumpul dalam nama Tuhan untuk ibadat sabda ini, Tuhan hadir di tengah-tengah mereka (bdk. Mat 18:20).
Dalam liturgi seperti ini Allah hadir dalam sabda-nya, karena ia sendirilah yang berbicara bilamana di dalam gereja Alkitab dibacakan. Ia hadir pula bila gereja memohon dan bermazmur (KL 7,24,33). Inilah yang terutama terjadi dalam setiap ibadat sabda kita bertemu dengan Allah, mendengarkan sabda-Nya, dan menanggapinya ibadat sabda juga sangat bernilai karena dalam pertemuan jemaat beriman ini gereja menjadi lebih tampak, bahkan bukan hanya tampak tetapi sekaligus dibangun.
Ibadat Sabda sangat bernilai bagi umat beriman. Dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku di situ Aku hadir di tengah-tengah mereka ( Mat 18:20 ). Dalam liturgi Allah hadir di tengah-tengah umatnya dalam Sabda-Nya, Karena Allah sendiri yang berbicara saat Kitab Suci dibacakan, serta hadir bila Gereja memohon dan bermazmur dalam nama-Nya.
Menurut Martasudjita, ( 2007:167 ) Allah yang ingin berjumpa dan mendekatkan diri dengan manusia memberikan diri-Nya secara utuh bagi manusia melalui pribadi Yesus Kristus. Pribadi Allah hidup bersama di tengah-tengah umat manusia untuk memulihkan hubungan antara Allah dengan umat-Nya, sementara itu manusia menanggapi pewahyuan dengan menyerahkan diri kepada Allah melalui iman dan kepercayaan.
Sejauh dilihat dari Allah yang menjumpai dan memberikan diri-Nya kepada manusia, maka kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan ketaatan iman. Demikian manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kebenaran wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya ( Dei Verbum 5 )
Secara etimologis kata partisipasi berasal dari bahasa Latin participatio artinya keterlibatan, keikutsertaan. Partisipasi umat secara aktif dan sadar dalam perayaan liturgi merupakan tuntutan utama pembaruan liturgi. partisipasi batin atau penghayatan pribadi. (Ernest Mariyanto. 2004. Hal.152). Di awal Konsili, para uskup menjadikan partisipasi sebagai poin yang teramat penting dari Konstitusi tentang Liturgi Suci. Mereka memaklumkan, “ dalam pembaharuan dan pengembangan Liturgi Suci, Keikutsertaan segenap umat secara penuh dan aktif itu perlu beroleh perhatian yang terbesar”.
Pentingnya partisipasi aktif dalam liturgi terus menerus dikembangkan. Konsili Vatikan II memandang partisipasi aktif dan sadar sebagai hak dan kewajiban umat beriman. Hak dan kewajiban itu didapat sejak menerima sakramen pembaptisan yakni kita ikut terlibat dalam tritugas Yesus. Adapun tugas dalam perayaan ibadat sabda ( Prasetya, 2010 : 39 ) adalah sebagai berikut :
1.    Memimpin Ibadat
Pemimpin Ibadat dapat dilaksanakan oleh Bruder, Suster, Prodiakon, Ketua Umat ataupun petugas yang ditunjuk untuk memimpin Ibadat. Tugas Pemimpin Ibadat adalah memimpin seluruh Ibadat Sabda. Dialah yang membuka perayaan itu dengan tanda salib, di pula yang menutupnya secara resmi dengan berkat pengutusan. Maka dari itu, pemimpin ibadat perlu menyadari pentingnya sabda yang tidak hanya diwartakan, melainkan juga dirayakan
2.    Lektor
Lektor adalah orang yang bertugas membacakan Sabda Allah. Lektor hendaknya membacakan Kitab Suci dengan suara lantang agar bisa didengar dan dipahami umat yang hadir. Lektor harus mempersiapkan diri secara rohani dengan memahami isinya maupun dari sudut teknis membacanya karena ia sebagai juru bicara Tuhan kepada umatnya, jadi lektor tidak membaca bagi dirinya sendiri melainkan bagi umat sehingga umat mendengarkannya menjadi himpunan umat yang bersatu mendengarkan sabda Tuhan
3.    Dirigen
Tugas seorang dirigen adalah memilih lagu-lagu yang sesuai dengan masa,tema, dan bagian-bagian dalam ibadat. Dia juga yang memimpin lagu-lagu itu saat anggota koor dan umat bernyayi. Dirigen diharapkan mempelajari jiwa dan semangat nyayian.Untuk menjadi dirigen yang baik, dibutuhkan keterampilan yakni kesesuaian antara lagu dengan ketukan serta alat musik yang dimainkan, dirigen bukan sekedar menggerakan tangan melainkan ada kontak batin antara lagu dan musik yang dimainkan secara fokus perhatian selalu ditujukan pada anggota koor atau umat yang benyanyi.


4.    Organis 
Organis adalah orang-orang yang mengiringi nyayian dengan alat musik, baik itu orgen, gamelan, gitar,  maupun alat musik lainnya. pemain musik hendaknya menciptakan suasana yang sesuai dengan permainan musiknya sehingga umat sungguh-sungguh menghayati perayaan sabda tersebut. Untuk mencapai hasil yang baik serta membawakan kesan yang baik maka pengiring musik sepantasnya bekerjasama dengan panduan suara sehingga ada kesesuaian antara musik dan lagu.
5.     Anggota Koor
Koor adalah orang-orang yang bertugas menyayikan lagu-lagu selama kegiatan liturgi berlangsung.
6.     Pemazmur
Pemazmur bertugas untuk mendasarkan atau menyanyikan mazmur tanggapan dan bait pengantar injil
7.    Pembawa Doa Umat
Tugas pembawa doa umat adalah membacakan doa-doa umat yang sudah disiapkan sebelumnya. Pembawa doa umat hendaknya bersikap dan menghayati serta membawakan doa dengan sebaik mungkin sehingga ia tidak hanya bertindak atas nama umat, melainkan juga menciptakan suasana doa dan mendukung umat yang berdoa bersama.



8.    Kolektan
Kolektan adalah orang-orang yang bertugas mengumpulkan uang kolekte dari umat dan membawa ke depan altar. Pengumpulan kolekte dilakukan pada saat persembahan.




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Bentuk Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif-kualitatif yakni penelitian yang berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan analisis data, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori-teori dasar ( Moleong, 2012:44 ). Alasan akan digunakan desain penelitian deskriptif-kualitatif karena data yang diperoleh dalam bentuk kata-kata yang mendeskripsikan peristiwa, perilaku dan keadaan di tempat penelitian. Data tidak terbentuk angka-angka yang bersifat kuantitatif.
Jadi penulis memaparkan data-data dan fakta yang sebenarnya tentang Peranan Katekis Meningkatkan Partisipasi Umat Katolik Menjadi Petugas Ibadat Sabda Hari Minggu Di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.

B.     Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, digunakan sebuah metode penelitian sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian. Sedangkan metode itu sendiri adalah cara atau teknik dalam memecahkan masalah yang akan di teliti. Adapun metode yang di gunakan dalam penelitian ini ialah menggunakan metode kualitatif.
Menurut Donatianus ( 2012:44 ), Metode kualitatif digunakan untuk meneliti realitas pada situasi sosial yang alamiah, bukan yang ekseperimen sehingga dengan demikian, obyeknya adalah obyek yang alami, yakni obyek yang apa adanya, tidak dimanipulasi atau dikarang oleh peneliti 
Melalui metode ini penulis dapat menguraikan kata-kata, mengamati peristiwa dan perilaku umat di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.

C.    Data dan sumber data
1.    Data
Data adalah seluruh informasi empiris dan dokumentatif yang diperoleh di lapangan sebagai pendukung kearah konstruksi ilmu secara ilmiah dan akademis, data adalah sesuatu yang diketahui atau dianggap ( Mukhtar, 2013:99 ). Diketahui artinya sesuatu yang sudah terjadi sebagai fakta empiris ( bukti yang ditemukan secara empiris melalui penelitian ). Adapun manfaat data yang pertama untuk mengetahui atau memperoleh gambaran tentang sesuatu keadaan atau persoalan.
Yang kedua, untuk membuat keputusan atau memecahkan persoalan. Karena persoalan yang timbul itu ada penyebabnya, maka memecahkan persoalan maksudnya menghilangkan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya persoalan.
Dalam penelitian ini, data yang diteliti ialah tentang peranan katekis meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda Hari Minggu di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak yang kemudian akan dideskripsikan dalam sebuah tulisan.
Adapun data diperoleh dalam penelitian ini ialah dari :
a.    Hasil obsevasi atau pengamatan terhadap peranan katekis meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda Hari Minggu selama penelitian ini berlangsung.
b.    Hasil wawancara yang dilakukan dengan informan tentang peranan kateksi meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda Hari Minggu di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.
2.      Sumber Data
Sumber data adalah sumber-sumber yang dimungkinkan seseorang peneliti mendapatkan sejumlah informasi atau data-data yang di butuhkan dalam sebuah penelitian, baik data primer maupun data sekunder. Sumber data dapat diperoleh dari lembaga atau situasi sosial, subjek atau informasi, dokumentasi lembaga, badan atau historis ( Mukhtar, 2013:107 ).
Oleh karena itu dalam penelitian ini yang menjadi sumber data ialah :
a.       Umat Katolik di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.
b.      Pemimpin umat dan pengurus umat di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.

D.    Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1.    Teknik Pengumpulan Data
Menurut Jauhari ( 2010 : 37 ), teknik merupakan bagian dari metode, artinya secara harafiah sama dengan pengertian metode, yaitu cara. Cara yang dimaksud disini yaitu cara pengumpulan data dan cara penganalisaa data.
Adapun cara atau teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :
a.    Teknik Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung dilapangan ( Nawawi, 1987: 122 ). Dimana penulis akan melakukan suatu pengamatan atau penelitian terhadap peranan katekis di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas.
Menurut Djam’an dan Aan ( 2009:104 )mengatakan bahwa observasi memberi ruang pada peneliti untuk menggali data perilaku subjek secara luas, mampu menanggap berbagai macam intreaksi dan secara terbuka mengeksplorasi topic penelitiannya. Dengan suatu perspektif menyeluruh mengenai pemahaman suatu konteks yang sedang diteliti.
b.    Teknik wawancara
Menurut Satori dan Komariah ( 2009:130 ), wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau Tanya jawab.
Menurut Sugiyono  ( 2009: 137 ), wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur,  dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun menggunakan telepon. Wawancara terstruktur artinya wawancara yang tidak bebas dimana penulis menggunakan pedoman wawancara yang pertanyaannya telah di susun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data serta jawabannya pun sudah disiapkan.
Pedoman wawancara yang digunakan berupa pertanyaan yang lebih mendetail dan terperinci secara mendalam terhadap permasalahan. Wawancara tidak terstruktur, artinya wawancara yang bebas di mana penulis tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah di susun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa pertanyaan garis-garis besar permasalahan yang akan di tanyakan.
2.    Alat Pengumpulan Data
Menurut sugiyono ( 2009:81 ), alat pengumpulan data adalah benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu agar data dapat terekam dengan baik serta memiliki bukti. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini memerlukan cara yang tepat, agar data yang di peroleh benar-benar jelas sehingga memadai pula dalam proses pengelolaan data.
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini ialah:
a.    Pedoman Observasi
Menurut Satori dan Komariah ( 2009 : 112 ), pedoman observasi berupa daftar  catatan-catatan pengamatan terhadap objek yang sedang diteliti. Agar observasi terarah, peneliti harus mempersiapkan pedoman observasi ( observasi schedule ) yang disusun berdasarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Pedoman observasi ini berfungsi untuk membantu penelitian mengamati umat di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.
b.    Pedoman wawancara
Pedoman wawancara merupakan pengumpulan data atau informasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada responden tentang pokok-pokok pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu guna memperoleh data ( Singarimbun, 1984:192 ), pedoman wawancara berfungsi untuk menuntun peneliti bertanya kepada informan kunci agar terfokus pada sasaran penelitian.

E.     Teknik Menguji Keabsahan Data
Teknik menguji keabsahan data dalam suatu penelitian adalah peningkatan keabsahan hasil penelitian ( Satori dan Komariah, 2009:100 ).  Untuk menguji keabsahan data maka penelitian perlu melakukan tringulasi yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Tringulasi yang digunakan ialah : Tringulasi Sumber yaitu mencari data dari sumber yang beragam yang masih terkait satu sama lain. Penelitian perlu melakukan eksplorasi untuk mengecek kebenaran data dari beragam sumber. Sumber-sumber tersebut dapat diperoleh dari umat katolik, ketua stasi.
Data dari sumber-sumber tersebut dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari sumber data tersebut. Data yang dianalisa oleh peneliti menghasilkan suatu kesimpulan, selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan sumber-sumber data tersebut.

F.     Teknik Analisa Data Penelitian
Teknik analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, dan membuat kesimbulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

G.    Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak . penulis melakukan penelitian di Stasi ini karena ada persoalan terkait dengan partisipasi Umat Katolik dalam Ibadat Sabda, penulis prihatin terhadap umat katolik yang kurang berpartisipasi dalam ibadat sabda, serta karena saya sudah pernah praktek didaerah tersebut selama enam bulan sehingga dapat memudahkan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi dengan umat katolik setempat dalam mencari data.





BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL
Bab ini menguraikan tentang pembahasan dan hasil. Namun sebelum pembahasan dan hasil diuraikan, penulis memaparkan terlebih dahulu gambaran umum Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak mengenai geografis, keadaan sosial, budaya, mata pencaharian dan perekonomian, tingkat pendidikan dan kesehatan serta lingkungan masyarakat.
A.    Keadaan Lokasi Penelitian
1.    Letak Geografis
Secara umum keadaan wilayah Stasi Santa Agatha Radak sebagian besar adalah dataran rendah dan dataran tinggi hanya terdapat di daerah-daerah yang tertentu. Stasi Santa Agatha Radak di lintasi Sungai Kapuas, kalau pakai motor darat harus nyebrang pakai motor tambang dan biaya penyebrangan satu unit motor sepuluh ribu rupiah. Jalan menuju ke Stasi Santa Agatha Radak dapat ditempuh melalui jalan darat dan jalan air, jalan darat hanya bisa dilalui kendaraan roda dua.
Kondisi jalannya saat sekarang sebagian masih jelek apalagi musim penghujan, kendaraan roda dua susah lewat karena becek. Stasi Santa Agatha Radak merupakan Stasi yang cukup jauh dari paroki Santa Theresia Delta Kapuas, berdasarkan letak geografisnya wilayah Stasi Santa Agatha Radak berbatasan dengan Stasi Santo Yosep Terentang Hulu.
2.    Keadaan Sosial
Dilihat dari segi suku di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianakmayoritas Suku Dayak dan ada juga suku lainnya namun pada hakikatnya masyarakat masih memiliki toleransi antar suku masih kuat, dilihat juga dari segi konflik di Stasi Santa Agatha Radak tidak pernah terjadi suatu konflik antara suku dan agama yang lainnya walaupun beragam suku dan budaya.
 Selama penelitian berlangsung di Stasi Santa Agatha Radak berjalan dengan lancar dan tidak pernah terjadi suatu masalah dan hambatan dalam pelaksanaan penelitian, status sosial dalam masyarakat mereka saling gotong royong, saling menghormati, musyawarah  dan rukun antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lainnya.
3.    Segi Budaya
Stasi Santa Agatha Radak mereka percaya kepada Tuhan Yesus Kristusakan tetapi sebagaimana masyarakat adat lainnya mereka juga sangat taat memegang adat-istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya. Menurut kepercayaan masyarakat Radak, dengan menjalankan adat-istiadat warisan nenek moyang berarti menghormati para leluhur. Stasi Santa Agatha Radak masih mempercayai akan takhayul mengenai adannya makhluk gaib yang mengisi tempat–tempat tertentu yang dianggap angker.
Kepercayaan masyarakat Kampung Radak  kepada mahluk halus masih dipegang kuat.Sedangkan tempat-tempat yang dijadikan tempat tinggal mahluk halus tersebut oleh masyarakat Stasi Santa Agatha Radakdisebut sebagai tempat yang angker. Adapun upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Radak yaitu Ucapan Syukur Panen Padi dan acara buang hampa padi.
4.    Mata Pencaharian dan Perekonomian Masyarakat
Umat di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak dalam mata pencaharian mempunyai mata pencaharian pokok yaitu bertani, noreh, akan tetapi penduduk kampung Radak memiliki mata pencaharian sampingan diantaranya berdagang, berkebun, membuat kerajinan tangan, dan berternak, namun ada juga penduduk kampung  Radak yang bekerja di luar seperti kerja di Perusahaan Tanaman Industri albasia/alkasia, tetapi setelah mereka pulang dari pekerjaannya, mereka tidak boleh membawa budaya yang baru dari luar.
5.    Tingkat pendidikan
Hasil perhitungan data disajikan dalam bentuk tabel dengan perhitungan persentase dinyatakan pada tabel 1.1
TABEL 1.1
HASIL ANALISIS DATA
No
Tingkat Pendidikkan
%
1
SD
90 %
2
SMP
9 %
3
SMA
1 %




Dilihat dari tabel tingkat pendidikkan di Stasi Santa Agatha Radak sebagian besar tamatan Sekolah Dasar ( SD ), Namun ada juga yang SMP, SMA. Anak-anak yang tinggal di Stasi Santa Agatha Radak menempuh pendidikkan SD di Desa Radak dua dengan jarak tempuh dua kilo meter jika berjalan kaki, sedangkan SMP dan SMA berada di Kecamatan Terentang.
6.    Kesehatan
Dari segi kesehatan umat Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak cukup baik, hal ini di perkuat dari hasil wawancara dengan bapak H beliau mengatakan bahwa kesehatan umat di Stasi Santa Agatha Radak cukup baik, di Desa Radak Dua ada Pukesmas, dan ada juga Dokter serta Perawatnya. Dimana jarak tempuh dari Stasi Santa Agatha Radak ke Desa Radak Dua tidak terlalu jauh.
 Bapak H juga mengatakan bahwa setiap hari sabtu atau minggu ada Bidan dan Perawat yang datang ke Stasi Santa Agatha Radak untuk Posyandu maka kesehatan cukup baik. Dan bagi umat yang kurang mampu bisa menggunakan kartu BPJS sehingga umat di Stasi Santa Agatha Radak merasa terbantu.
7.    Lingkungan Masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak H ( Ketua Umat, 24 juli 2017 ), Keadaan penduduk di Stasi Santa Agatha Radak merupakan penduduk pindahan dari Sekadau, Melawi, Kaliampo dan Manyuke buka lahan di Radak pada Tahun 1992. Jumlah umat yang beragama katolik 19 kk dengan jumlah 67 orang. Terbentuknya Stasi Santa Agatha Radak pada Tahun 2003 yang di pelopori oleh Pastor dari Ordo Kapusin yaitu Pastor Yosep Ekatom Danu Hutu Sudirman OFM Cap
Pada saat itu umat katolik beribadah di rumah umat, kemudian pada tanggal 24 November 2013 di bangun Gereja yang di beri nama Santa Agatha Radak. Umat katolik di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak Sebagian besar bersuku Dayak ( 99 % ) dan ada juga dari suku jawa ( 1 % ).

B.     Hasil dan Pembahasan
1.    Kegiatan Katekis yang sudah dilakukan dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda
a.    Memimpin Doa dalam kelompok terutama pada liturgi hari minggu ketika tidak ada imam, mendoakan orang sakit dan memimpin upacara penguburan. Berdasarkan pengamatan penulis dari tanggal 23 Juli 2017 sampai tanggal 23 Agustus 2017, katekis pernah memimpin doa dalam kelompok terutama pada liturgi hari minggu ketika tidak ada imam.  Namun dalam menjalankan tugasnya masih ada masalah yang terjadi pada katekis seperti kurang menyentuh hati umat ketika membawakan sebuah renungan dan kurang lancar dalam membaca.
      Keterangan ini di perkuat lagi dengan hasil wawancara dengan bapak L beliau mengatakan bahwa katekis pernah memimpin doa dalam kelompok, namun di balik apa yang pernah katekis lakukan itu ada masalah yang terjadi ketika membawa sebuah renungan kurang menyentuh hati umat dan kurang lancar dalam membaca.
Sebagai seorang katekis yang menerima panggilan khusus dari Allah, perlu menyadari bahwa masa depan Gereja juga berada di tangannya. Katekis dituntut untuk mampu berperan secara aktif dalam setiap kegiatan hidup menggereja, baik dalam lingkup paroki maupun lingkup tempat tinggalnya. Melihat hasil penelitian yang diperoleh, katekis sudah cukup mengerti peran katekis di Stasi yakni ikut membantu team kerja pewartaan.
Supaya perannya dapat dijalankan dengan baik, maka katekis memiliki sikap yang baik pula. Sikap-sikap yang  dimiliki katekis yakni percaya panggilan dirinya sebagai katekis. Sedangkan komitmen adalah kesetiaan melaksanakan tanggung jawab untuk memikirkan bersama rencana pastoral dan ketalatenan melaksanakannya.
b.    Membantu orang yang miskin dan bekerja untuk pembangunan manusia dan keadilan.Berdasarkan pengamatan penulis dari tanggal 23 Juli 2017 sampai dengan tanggal 23 Agustus 2017 katekis sudah melaksanakan tugasnya yaitu membantu orang yang miskin dan bekerja untuk pembangunan manusia dan keadilan.
Keterangan ini di perkuat lagi dengan hasil wawancara dengan Bapak L beliau mengatakan bahwa bapak H pernah membantu orang yang miskin dan bekerja untuk pembangunan manusia dan keadilan. Tugas pelayanan seorang Katekis tentunya tidak terlepas dari kesatuannya dengan Tuhan. Sebagian besar katekis dalam dirinya sudah mempunyai kesadaran bahwa tugas katekis untuk mewartakan kabar gembira di gerakkan oleh kuasa Allah.
Pelayanan seorang katekis di tengah jemaat juga perlu di dasari oleh hubungan pribadinya dengan Kristus. Atas pernyataan tersebut, katekis sudah mulai memahami pelayanannya di dasari hubungan pribadinya dengan Kristus, hubungan pribadi antara katekis dengan Kristus dapat diwujudnyatakan dengan berdoa kepada-Nya. Melalui berdoa itulah relasi dengan Kristus akan terjalin dan ia pun mendapatkan kekuatan untuk mewartakan kabar gembira keselamatan dibumi ini.
2.    Faktor penghambat katekis dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda Hari Minggu di Stasi Santa Agatha Radak
a.    Katekis tidak menyadari panggilan
Hasil wawancara dengan bapak I pada 22 juli 2017 katekis tidak menyadari panggilan, sehingga tidak mengajar orang-orang katolik. Seharusnya seorang katekis itu harus aktif dalam karya pewartaan Gereja, jadi telah disadari pula tugas Katekis tidak semata-mata hanya dibidang Liturgi saja melainkan mencakup keseluruhan tugas Gereja. Panggilan yang diterima Katekis merupakan panggilan dari Allah sendiri dan manusia yang menanggapi.
Dalam menanggapi panggilan tersebut, tentu bukan semata-mata karena kemauan atau dorongan diri sendiri saja, tetapi Allah ikut berperan didalamnya melalui Roh Kudus-Nya. Atas pernyataan diatas bahwa katekis kurang menyadari panggilan menjadi katekis berasal dari Allah sendiri.
b.    Kesibukan pribadi
Hasil wawancara dengan bapak D 22 juli 2017, beliau mengatakan bahwa katekis tidak pernah mengajar orang-orang katolik karena sibuk dengan pekerjaan pribadi, sehingga katekis tidak melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pewarta Injil serta tidak bisa membagi waktu untuk mengajar orang-orang katolik, katekis lebih mengutamakan kepentingan pribadinya dari pada kepentingan Gereja.
c.    Kurang kesadaran tentang perannya
Hasil wawancara dengan bapak Ac 23 juli 2017, katekis kurang kesadaran tentang perannya sehingga tidak pernah memberikan Katekese kepada umat Katolik Yang dapat mengubah sikap kita hanyalah kita sendiri, orang lain tidak bisa mengubah sikap kita, orang hanya bisa memberikan masukan yang benar kepada kita. Arahan tersebutlah yang  kita tanggapi dengan baik sehingga kita dapat mengubah sikap hidup kita kejalan yang benar. Dan menurut katekis bahwa tidak berperannya dalam Ibadat Sabda Hari Minggu dikarenakan tidak sempat untuk memikirkan tugasnya dan susah membagi waktu, serta kurang dukungan dari umat. Disini dapat dilihat bahwa katekis kurang kesadaran untuk aktif meningkatkan partisipasi umat dalam Ibada Sabda Hari Minggu.
d.   Kurang pembinaan dan pendampingan bagi Katekis
Hasil wawancara dengan bapak H pada 23 juli 2017 beliau mengatakan bahwa Kurangnya pembinaan dan pemahaman bagi Katekis ini menjadi faktor untuk memberikan Katekese kepada umat. karena dengan ada pembinaan dan pendampingan maka katekis dapat bertanya dan mendapatkan berbagai pengetahuan tentang ajaran agama dan Gereja karena tidak cukup jika mengandalkan ajaran agama pada saat menempuh pendidikan.
Dengan adanya pembinaan dan pendampingan khusus bagi Katekis ini akan mengarahkan Katekis pada jalan yang benar. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pengetahuan dan pembinaan bagi katekis masih minim sehingga membuat Katekis kurang berperan, dan kurang dukungan dari umat Katolik.
e.    Kurang mempersiapkan diri
Menurut pengamatan pada tanggal 23 juli 2017 di Stasi Santa Agatha Radak, katekis kurang mempersiapkan diri dalam membawakan renungan padahal dalam membawa renungan itu sangat penting dan sangat berpengaruh bagi umat katolik, karena apa yang ia bacakan dan sampaikan itu adalah firman Tuhan yang tidak untuk di main-mainkan. Seorang pembawa renungan mempersiapkan diri dengan matang supaya bisa mewartakan injil dengan baik dan benar serta mudah di mengerti oleh        umat dan tidak boleh menyinggung perasaan umat karena setiap umat itu berbeda-beda pemikiran.
Keterangan ini dapat di perjelas dari hasil wawancara pada tanggal 23 juli 2017. Bapak H selaku ketua umat dan beberapa sumber data ( bapak Ac, bapak In, bapak Lo, bapak Ki, bapak Ji, bapak As, bapak Ms, bapak Ra, ibu M, ibu S, saudara T, saudara A, saudari M, saudari P ) mereka mengatakan bahwa katekis kurang menguasai bacaan injil yang telah dibacakan dan hanya terpokus pada buku ruah.
f.     Tidak percaya diri
Menurut pengamatan penulis pada tanggal 23 juli 2017 di Stasi Santa Agatha Radak, katekis tidak percaya diri keterangan ini dapat di perjelas dari hasil wawancara dengan bapak In beliau mengatakan bahwa katekis tidak percaya diri. Sebagai katekis pastinya mempunyai semangat yang khas dalam pelayanan atau dalam liturgi dan kegiatan Gereja lainnya, mempunyai ide-ide yang cemerlang, mempunyai rasa percaya diri untuk tampil didepan umat lainnya.
 Namun semangat yang diharapkan itu tidak terjadi di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas. Setiap kali katekis ambil bagian tugas dalam ibadat sabda katekis dengan keadaan tidak siap alasan malu atau tidak percaya diri jika harus tampil di depan umat yang lainnya.
Keterangan tersebut diperjelas dengan hasil wawancara penulis dengan bapak H selaku ketua umat dan beberapa sumber data ( bapak Ac, bapak In, bapak Lo, bapak Ki, bapak Ji, bapak As, bapak Ms, bapak Ra, ibu A, ibu M, ibu S, saudara T, saudara A , saudari M, saudari P ) pada tanggal 23 juli 2017, mereka mengatakan bahwa katekis tidak percaya diri dan malu jika tampil di depan umat lainnya. Walaupun umatnya terhitung sangat sedikit, katekis tetap saja tidak percaya diri dan malu.
g.    Katekis belum memiliki program kerja
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 23 juli 2017, Bapak A mengatakan bahwa katekis tidak pernah membuat program kerja sehingga kebingungan dalam melaksanakan tugasnya. Berdasarkan hasil observasi penulis, selama penelitian  23 Juli sampai 23 Agustus tahun 2017 di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas, penulis melihat katekis tidak pernah membuat program kerja.
Hal semacam ini sangat disayangkan karena pelayanan dan pembinaan umat kurang diterapkan. Umat tanpa katekis tidak bisa berjalan sendiri, maka dari itu peran seorang pemimpin sungguh teramat penting dalam perkembangan dan kemajuan umat setempat karena dengan adanya seorang katekis umat bisa terarah dengan baik.
h.    Kurang pengetahuan dan pemahaman
Hasil wawancara dengan bapak H pada 24 juli 2017, beliau mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan itu membuat tidak terlaksananya pelatihan kepada katekis.  Kurang pengetahuan dan pemahaman dari seorang katekis itu membuat katekis tidak ambil peran dalam tugasnya, karena seorang katekis harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas supaya bisa memberikan pelatihan kepada katekis.
i.      Kurang dukungan dari umat
Hasil wawancara dengan bapak H pada 23 juli 2017, beliau mengatakan bahwa adanya dukungan dari umat bisa membuat dirinya termotivasi dan bisa memberikan suatu pelatihan kepada katekis.  Tanpa dukungan dari umat di Stasi Santa Agatha Radak, katekis tidak bisa memberikan suatu pelatihan kepada katekis, karena adanya dukungan dari umat membuat katekis merasa ada yang memberikan suatu motivasi dan dorongan.
j.      Faktor ekonomi
Hasil wawancara dengan bapak H pada 24 juli 2017, beliau mengatakan bahwa katekis pernah membantu tetapi tidak di setiap saat karena faktor ekonomi sehingga menyebabkan tidak setiap saat membantu orang yang miskin. Yang menjadi faktor penghambat seorang katekis dalam membantu orang-orang yang miskin dan bekerja untuk pembangunan manusia dan keadilan itu adalah faktor ekonomi.
k.    Keiklasan hati
Hasil wawancara dengan bapak H pada 24 jui 2017, beliau mengatakan apabila kita ingin membantu orang yang miskin itu dengan hati yang iklas tanpa ada rasa keterpaksaan dalam diri kita. Ketika membantu orang-orang yang miskin dan bekerja untuk pembangunan manusia dan keadilan harus dengan hati yang iklas tanpa ada keterpaksaan dalam hati kita.
3.    Peranan Katekis dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda Hari Minggu di Stasi Santa Agatha Radak
Berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa peranan katekis dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda yaitu:
a.       Kunjungan dari rumah kerumah
Katekis yang ada pada saat ini telah melakukan kunjungan dari rumah kerumah umat., keterangan ini dapat di perjelas lagi dari hasil wawancara dengan bapak A pada tanggal 25 juli 2017. Bapak  A mengatakan bahwa katekis yang ada pada saat ini telah melakukan kunjungan dari rumah kerumah umat. Dengan demikian katekis dapat mengetahui permasalahan apa saja yang sedang dihadapi oleh umat dan mengetahui hal-hal apa saja yang sedang dibutuhkan oleh umat.
Karena sebagai katekis harus mampu menjadi pemimpin umat yang peka terhadap kebutuhan Rohani umat setempat. Selalu mendorong dan memberi motivasi kepada umat untuk ikut aktif dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan menggereja.
b.      Jadwal Ibadat Hari Minggu dijalankan dengan konsisten
Penulis menemukan adanya jadwal ibadat sabda pada setiap hari minggu, keterangan ini dapat di perjelas lagi dari hasil wawancara dengan bapak M pada tanggal 25 juli 2017. Bapak M mengatakan adanya jadwal ibadat pada setiap hari minggu, katekis yang ada pada saat ini sudah cukup konsisten dalam menjalankan jadwal Ibadat Sabda Hari Minggu.
Hal inimembantu umat untuk mempersiapkan diri berdoa kepada Tuhan Yesus Kristus,dan supaya terbiasa dengan jadwal yang telah ditentukan sehingga tidak ada lagi yang bekerja dan bersantai-santai dirumah. Hal ini berarti bahwa katekis memiliki peranan penting bagi kehidupan Gereja salah satunya ialah sebagai generasi penerus pewartaan Injil.
c.       Meningkatkan kualitas renungan/kotbah
Berdasarkan hasil pengamatan penulis saat penelitian kualitas khotbah masih rendah, keterangan ini dapat di perjelas lagi dari hasil wawancara dengan bapak L pada tanggal 26 juli 2017, bapak L mengatakan bahwa kualitas renungan masih rendah, padahal kualitas renungan yang lebih kontekstual  mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat, umat katolik sangat memperhatikannya dan menghargai bila khotbah tidak menyentuh hati umat katolik  akan mengatakan khotbah itu monoton.
Tetapi bila khotbah itu menarik, umat  tak segan-segan mendiskusikannya setelah ibadat sabda hari minggu usai, bahkan memberitakannya dengan versinya sendiri kepada orang lain.Boleh dikatakan khotbah adalah unsur utama yang membentuk teologi warga umat katolik, Khotbah yang disampaikan menarik akan tertanam dalam hati umat dan dijadikan sikap/referensi bersikap dan bertindak.Pelayan yang mampu berkhotbah secara menarik, dalam arti mahir dalam mengaplikasikan Ayat-Ayat Alkitab ke dalam kehidupan sehari-hari, akan mudah mendapat simpati dan umat katolik akan senang hati mengikutinya sebagai gembala.
Pengkhotbah yang bijak mesti memahami maksud dan pemikiran, umat beriman berbeda-beda latar belakang dan pemikirannya. Tidak semua sama rata tentu sangat berbeda umat yang hidup di daerah perkotaan dengan di pedesaan,berbeda jemaat yang sehari-harinya bekerja di ladang dengan mahasiswa STFT yang pergulatan harian mereka di lingkup filsafat dan teologi, sesuatu menjadi menarik manakala bahan yang diperbincangkan (dikhotbahkan) sesuai dengan latar belakang kita .
Teologi yang sangat abstrak dan pola pikir filsafat yang rumit mungkin amat digemari para mahasiswa tadi. Untuk jemaat sederhana, pembicaraan khotbah mengenai hidup konkret mereka tentu lebih mudah kena dan dimengerti dan kita tahu yang penting pesan khotbah sampai. Kalau untuk mahasiswa dengan bahasa yang tinggi maka untuk jemaat sederhana dengan bahasa yang sederhana pula.
d.      Bersikap rendah hati dan sederhana
Berdasarkan temuan penulis , katekis yang ada pada saat ini sudah cukup rendah hati keterangan ini dapat di perjelas lagi dari hasil wawancara dengan bapak Y pada tanggal 26 juli 2017. Bapak Y mengatakan bahwa seorang katekis yang ada pada saat ini sudah cukup rendah hati dan sederhana terhadap umat, mau terlibat dengan kegiatan dan kehidupan lingkungan karena ia merupakan anggota atau bagian dari umat beriman katolik dilingkungannya.
Dalam mewartakan kabar gembira, katekis jangan mempunyai kecenderungan bersikap arogan, sombong, sok tahu, sok pintar, dan mudah meremehkan yang lain.Sangatlah baik dan terpuji kalau ia mampu bersikap dan bersemangat sederhana dan rendah hati sehingga ia tidak mewartakan dan menampilkan dirinya sendiri, tetapi yang diwartakan dan ditampilkan adalah pribadi Yesus Kristus.
e.       Rela berkorban
Berdasarkan pengamatan penulis, katekis yang ada pada saat ini sudah cukup rela berkorban keterangan ini dapat diperjelas lagi dari hasil wawancara dengan bapak A pada tanggal 28 juli 2017. Bapak A mengatakan bahwa seorang katekis yang ada pada saat ini sudah cukup rela berkorban, seorang katekis diharapkan mampu mengembangkan sikap dan kepentingan sesama. Rela berkorban ini mencakup banyak hal, misalnya waktu, tenaga, pikiran, harta, kepentingan pribadi, dan keluarga.
Pengorbanan ini hendaknya didasarkan pada kesungguhan hati dan ketulusan hati, tanpa pamrih apapun. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi ( Mat 6:2-4 ). Disini ia mampu menunjukan sikap dan semangat mencintai tugas perutusannya dalam segala situasi.
f.       Terbuka pada karya Roh Kudus
Katekis yang ada pada saat ini sudah cukup terbuka pada karya Roh Kudus keterangan ini dapat di perjelas lagi dari hasil wawancara dengan ibu I pada tanggal 28 juli 2017. Ibu I mengatakan bahwa katekis yang ada pada saat ini sudah cukup baik dalam keterbukaan pada karya Roh Kudus, dalam mewartakan kabar gembira katekis diharapkan menyadari sepenuhnya bahwa dasar pertama dan utama kegiatan ini adalah roh kudus.
Dia hadir dan berkarya tidak hanya pada diri katekis itu sendiri, tetapi juga dalam diri para pendengar yang hadir. Roh kuduslah yang sekarang ini persis seperti pada awal gereja, bertindak di dalam setiap penginjil yang membiarkan dirinya dikuasai dan dipimpin oleh dia. Roh kudus meletakan dalam bibirnya kata-kata, yang orang itu tidak dapat menemukannya sendiri, dan sekaligus Roh Kudus menyiapkan jiwa pendengar untuk terbuka dan siap menerima kabar baik dan kerajaan yang sedang diwartakan (Evangelii Nuntiandi75).


BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab empat maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1.    Kegiatan yang sudah dilakukan untuk meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda
a.    Memimpin Doa dalam kelompok terutama pada liturgi hari minggu ketika tidak ada imam, mendoakan orang sakit dan memimpin upacara penguburan .
Katekis pernah memimpin doa dalam kelompok terutama pada liturgi hari minggu ketika tidak ada imam.
b.    Membantu orang yang miskin dan bekerja untuk pembangunan manusia dan keadilan.
     Katekis sudah melaksanakan tugasnya yaitu membantu orang yang miskin dan bekerja untuk pembangunan manusia dan keadilan.
2.    Faktor penghambat katekis dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda Hari Minggu di Stasi Santa Agatha Radak
a.    Katekis tidak menyadari panggilan
Hasil wawancara dengan bapak I pada 22 juli 2017 katekis tidak menyadari panggilan, sehingga tidak mengajar orang-orang katolik.

b.    Kesibukan pribadi
Hasil wawancara dengan bapak  D 22 juli 2017, beliau mengatakan bahwa katekis tidak pernah mengajar orang-orang katolik karena sibuk dengan pekerjaan pribadi, sehingga katekis tidak melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pewarta Injil serta tidak bisa membagi waktu untuk mengajar orang-orang katolik.
c.    Kurang kesadaran tentang perannya
Hasil wawancara dengan bapak Ac 23 juli 2017, katekis kurang kesadaran tentang perannya sehingga tidak pernah memberikan Katekese kepada umat Katolik.
d.   Kurang pembinaan dan pendampingan bagi Katekis
Hasil wawancara dengan bapak H pada 23 juli 2017 beliau mengatakan bahwa Kurangnya pembinaan dan pemahaman bagi Katekis ini menjadi faktor untuk memberikan Katekese kepada umat.
e.    Kurang mempersiapkan diri
Menurut pengamatan pada tanggal 23 juli 2017 di Stasi Santa Agatha Radak, katekis kurang mempersiapkan diri dalam membawakan renungan padahal dalam membawa renungan itu sangat penting dan sangat berpengaruh bagi umat katolik, karena apa yang ia bacakan dan sampaikan itu adalah firman Tuhan yang tidak untuk di main-mainkan.
f.     Tidak percaya diri
Menurut pengamatan penulis pada tanggal 23 juli 2017 di Stasi Santa Agatha Radak, katekis tidak percaya diri keterangan ini dapat di perjelas dari hasil wawancara dengan bapak In beliau mengatakan bahwa katekis tidak percaya diri dan malu.
g.    Katekis belum memiliki program kerja
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 23 juli 2017, Bapak A mengatakan bahwa katekis tidak pernah membuat program kerja sehingga kebingungan dalam melaksanakan tugasnya.
h.    Kurang pengetahuan dan pemahaman
Hasil wawancara dengan bapak H pada 24 juli 2017, beliau mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan itu membuat tidak terlaksananya pelatihan kepada katekis.  Kurang pengetahuan dan pemahaman dari seorang katekis itu membuat katekis tidak ambil peran dalam tugasnya.
i.      Kurang dukungan dari umat
Hasil wawancara dengan bapak H pada 23 juli 2017, beliau mengatakan bahwa adanya dukungan dari umat bisa membuat dirinya termotivasi dan bisa memberikan suatu pelatihan kepada katekis. 
j.      Faktor ekonomi
Hasil wawancara dengan bapak H pada 24 juli 2017, beliau mengatakan bahwa katekis pernah membantu tetapi tidak di setiap saat karena faktor ekonomi sehingga menyebabkan tidak setiap saat membantu orang yang miskin.



k.    Keiklasan hati
Hasil wawancara dengan bapak H pada 24 jui 2017, beliau mengatakan apabila kita ingin membantu orang yang miskin itu dengan hati yang iklas tanpa ada rasa keterpaksaan dalam diri kita.
3.    Peranan Katekis dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda Hari Minggu di Stasi Santa Agatha Radak Berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa peranan katekis dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda yaitu:
a.    Kunjungan dari rumah kerumah
     Katekis yang ada pada saat ini telah melakukan kunjungan dari rumah kerumah, keterangan ini dapat di perjelas lagi dari hasil wawancara dengan bapak A pada tanggal 25 juli 2017. Bapak  A mengatakan bahwa katekis yang ada pada saat ini telah melakukan kunjungan dari rumah kerumah umat. Dengan demikian katekis dapat mengetahui permasalahan apa saja yang sedang dihadapi oleh umat dan mengetahui hal-hal apa saja yang sedang dibutuhkan oleh umat.
b.    Jadwal Ibadat Hari Minggu dijalankan dengan konsisten Penulis menemukan adanya jadwal ibadat pada setiap hari minggu, keterangan ini dapat di perjelas lagi dari hasil wawancara dengan bapak M pada tanggal 25 juli 2017. Bapak M mengatakan adanya jadwal ibadat pada setiap hari minggu, katekis yang ada pada saat ini sudah cukup konsisten dalam menjalankan jadwal Ibadat Sabda Hari Minggu. Hal inimembantu umat untuk mempersiapkan diri berdoa kepada Tuhan Yesus Kristus,dan supaya terbiasa dengan jadwal yang telah ditentukan sehingga tidak ada lagi yang bekerja dan bersantai-santai dirumah.
c.    Meningkatkan kualitas renungan/kotbah
     Berdasarkan hasil pengamatan penulis saat penelitian kualitas khotbah masih rendah, keterangan ini dapat di perjelas lagi dari hasil wawancara dengan bapak L pada tanggal 26 juli 2017, bapak L mengatakan bahwa kualitas renungan masih rendah, padahal kualitas renungan yang lebih kontekstual  mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat, umat katolik sangat memperhatikan nya dan menghargai bila khotbah tidak menyentuh hati umat katolik  akan mengatakan khotbah itu monoton.
d.   Bersikap rendah hati dan sederhana
     Berdasarkan temuan penulis , katekis yang ada pada saat ini sudah cukup rendah hati keterangan ini dapat di perjelas lagi dari hasil wawancara dengan bapak Y pada tanggal 26 juli 2017. Bapak Y mengatakan bahwa seorang katekis yang ada pada saat ini sudah cukup rendah hati dan sederhana terhadap umat, mau terlibat dengan kegiatan dan kehidupan lingkungan karena ia merupakan anggota atau bagian dari umat beriman katolik dilingkungannya.
e.    Rela berkorban
     Berdasarkan pengamatan penulis, katekis yang ada pada saat ini sudah cukup rela berkorban keterangan ini dapat diperjelas lagi dari hasil wawancara dengan bapak A pada tanggal 28 juli 2017. Bapak A mengatakan bahwa seorang katekis yang ada pada saat ini sudah cukup rela berkorban, seorang katekis diharapkan mampu mengembangkan sikap dan kepentingan sesama. Rela berkorban ini mencakup banyak hal, misalnya waktu, tenaga, pikiran, harta, kepentingan pribadi, dan keluarga. Pengorbanan ini hendaknya didasarkan pada kesungguhan hati dan ketulusan hati, tanpa pamrih apapun.
f.     Terbuka pada karya Roh Kudus
     Katekis yang ada pada saat ini sudah cukup terbuka pada karya Roh Kudus keterangan ini dapat di perjelas lagi dari hasil wawancara dengan ibu I pada tanggal 28 juli 2017. Ibu I mengatakan bahwa katekis yang ada pada saat ini sudah cukup baik dalam keterbukaan pada karya Roh Kudus, dalam mewartakan kabar gembira katekis diharapkan menyadari sepenuhnya bahwa dasar pertama dan utama kegiatan ini adalah roh kudus. Dia hadir dan berkarya tidak hanya pada diri katekis itu sendiri, tetapi juga dalam diri para pendengar yang hadir.

B.     Saran
           Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis menyampaikan beberapa saran demi kemajuan katekis di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.
1.    Kepada katekis di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.
     Katekis di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak hendaknya mau berperan dalam meningkatkan partisipasi umat dalam Ibadat Sabda Hari Minggu seperti dalam kehadiran, dalam bertugas sebagai dirigen, anggota koor, lektor, pemazmur, pembawa doa umat, dan kolektean.
2.    Kepada umat di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.
     Bagi umat katolik di Stasi Santa Agatha Radak diharapkan supaya mau ikut berpartisipasi dalam Ibadat Sabda Hari Minggu demi masa depan Gereja.
3.    Pastor Paroki
     Pastor Paroki hendaknya membekali katekis di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak dengan pengetahuan tentang peranan katekis yang ideal, membimbing dan mendampingi katekis dengan penuh kesabaran, memberikan motivasi dan masukan untuk kemajuan katekis di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak


DAFTAR PUSTAKA
Alkitab Deuterokanonika. 2005. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
Budiyanto, Hendro. 2011. Menjadi Katekis Volunter. Yogyakarta: Kanisius
Bagiyowinadi, Didik. 2012. Identitas dan Spritualitas Katekis. Yogyakarta; Yayasan Pustaka Nusantara

Donatianus. 2012. Metodologi Riset dan Penulisan Karya Ilmiah. Pontianak: STAIN Pontianak Press.

Dokumen Konsili Vatikan II. 1993. Jakarta: Obor, Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI`

Evangelii Nuntiandi. 1975. Jakarta. Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI

Indra Sanjaya. 2011. Belajar dari Yesus Sang Katekis. Yogyakarta: Kanisius
Jansen. 1998. Pastoral Umat I . Malang: Institut Pastoral Indonesia
Jauhari, Heri. 2010.Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi. Bandung: CV Pustaka Setia

Komkat KWI.1993.Pedoman Untuk Katekis. Yogyakarta: Kanisius
Maryanto, Ernes. 2014. Kamus liturgy sederhana. Yogyakarta: Kanisius
Mangunhardjana, A.M. 2013. Prodiakon Jati Diri, Wewenang dan Tugasnya. Jakarta: Obor

Martasudjita. 2007. Seputar Ibadat Sabda. Yogyakarta: Kanisius
Moleong, J. Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Deskriptip Kualitatif. Jakarta: Refrensi ( GP Pres Grup )

Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta : Refrensi ( GP Press Grup )

Nawawi, Hadari. 1987. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Rajawali Gravindo persada.

Prasetya. L. 2010. Menjadi Pengurus Lingkungan Enjoy Aja. Yogyakarta: Kanisius
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Singarimbun, Effendi. 1984.Metode Penelitian Survey. Jakarta: LPSE, anggota IKAPI

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

















DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A.    Identitas Pribadi
1.      Nama Lengkap                              : Ebandro
2.      Jenis Kelamin                                : Laki-laki       
3.      Tempat / Tanggal Lahir                 : Nanga Ora, 30 Desember 1995
4.      Nama Orang Tua                          
5.      Tahun Terdaftar pertama di STAKat Negeri Pontianak   : Juli 2013
6.      Tahun meninggalkan STAKat Negeri Pontianak
B.     Riwayat Pendidikan
1.      Sekolah Dasar Negeri 07 Nanga Ora, Kecamatan Sokan Kabupaten Melawi
2.      SMP Negeri 03 Sokan Kabupaten Melawi
3.      SMK N 01 Tanah Pinoh Kota Baru Kabupaten Melawi
4.      Mahasiswa STAKat Negeri Pontianak, Program Pendidikan Guru Agama Katolik.





Lampiran 1
Pedoman Observasi

NO.


Indikator
Keterangan
Kurang
Cukup Baik
Baik
1.
Kehadiran Umat Katolik dalam Ibadat Sabda Hari Minggu



2.
Partisifasi Umat Katolik menjadi petugas dalam Ibadat Sabda Hari Minggu



a.       Pemimpin Ibadat




b.      Lektor




c.       Dirigen




d.      Organis




e.       Anggota Koor




f.       Pemazmur




g.      Pembawa Doa Umat




h.      Kolektean







Keterangan
1.      Kehadiran Umat Katolik dalam Ibadat Sabda Hari Minggu
a.       Kurang                 :Tidak hadir pada Ibadat Sabda Hari Minggu
b.      Cukup baik           : Hadir tetapi tidak mau ambil bagian  dalam tugas
  yang telah ditentukan
c.      Baik                     : Hadir dan ikut menunaikan tugas dengan seutuhnya
2.      Partisipasi Umat Katolik menjadi petugas dalam Ibadat Sabda Hari Minggu
a.       Kurang                  : Tidak mau menjadi petugas Ibadat Sabda Hari
 Minggu
b.      Cukup baik            : Mau berpartisipasi tetapi tidak melaksanakan
                              tugasnya dengan hati yang iklas
c.       Baik                       : Mau berpartisipasi dan bersemangat dalam
                              menjalankan tugasnya.







Lampiran 2
Pedoman Wawancara
Untuk ketua Stasi Di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak
a.    Partisipasi Umat Katolik dalam Ibadat Sabda Hari Minggu di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.
1)   Apakah umat katolik selalu hadir dalam Ibadat Sabda Hari Minggu dan mengikuti Ibadat Sabda Hari Minggu dengan penuh hikmat mengapa ?
2)   Bagaimana Fartisipasi Umat Katolik menjadi petugas dalam ibadat sabda hari minggu seperti lector,pemazmur,petugas kolekte dan koor ?
b.    Faktor penyebab partisipasi umat katolik tidak mau berpartisipasi dan menjadi petugas dalam ibadat sabda hari minggu di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak.
1)   Apakah umat katolik pernah terlibat sebagai petugas dalam ibadat sabda hari minggu ?
2)   Apa yang menyebabkan umat katolik tidak hadir dan tidak berpartisipasi secara aktif dalam ibadat sabda hari minggu ?
3)   Apakah umat katolik sebagai umat katolik yang selalu mempersiapkan diri secara matang untuk menjadi lector,bersikap hormat saat menjadi petugas kolekte, dan memiliki kemampuan menguasai not dalam koor dan menjadi pemazmur ?

c.    Meningkatkan partisipasi umat katolik dalam ibadat sabda hari minggu
1)   Bagaimana cara meningkatkan partisipasi umat katolik dalam ibadat sabda hari minggu?
2)   Apakah bapak pernah mengadakan kunjungan keluarga ke rumah umat ?
3)   Apakah bapak pernah membuat Jadwal ibadat sabda hari minggu dijalankan dengan konsisten ?
















Lampiran 3
Pedoman wawancara untuk umat
Untuk umat katolik di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak
a.       Partisipasi Umat Katolik dalam ibadat sabda hari minggu di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung Pontianak
1). Apakah umat katolik selalu hadirdalam ibadat sabda hari minggu dan mengikuti ibadat sabda hari minggu dengan penuh hikmat mengapa ?
2). Bagaimana Keterlibatan umat katolik menjadi petugas dalam ibadat sabda hari minggu seperti lector,pemazmur,petugas kolekte dan koor ?
b.      Factor penyebab partisipasi umat katolik tidak mau menjadi petugas dalam ibadat sabda hari minggu di Stasi Santa Agatha Radak Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Keuskupan Agung  Pontianak
1). Apakah umat katolik pernah terlibat sebagai petugas dalam ibadat sabda hari minggu ?
2). Apa yang menyebabkan umat katolik tidak hadir dan tidak terlibat secara aktif dalam ibadat sabda hari minggu ?
3). Apakah umat katolik sebagai umat katolik selalu mempersiapkan diri secara matang untuk menjadi lector,bersikap hormat saat menjadi petugas kolekte, dan memiliki kemampuan menguasai not dalam koor dan menjadi pemazmur ?
c.       Bagaimana cara mengaktifkan umat katolik dalam mengikuti ibadat sabda hari minggu ?
1)   Apakah katekis pernah mengadakan kunjungan keluarga ke rumah umat?
2)   Apakah katekis pernah membuat Jadwal ibadat sabda hari minggu dijalankan dengan konsisten ?
3)   Bagaimana cara meningkatkan partisipasi umat katolik dalam ibadat sabda hari minggu ?


Comments